More

    Sepenggal Kisah Kesultanan Banten yang Dikunjungi Ganjar

    SERANG – Bakal calon presiden dari PDIP Ganjar Pranowo mengunjungi Kesultanan Banten Lama dan ia menyempatkan diri singgah serta berziarah di Masjid Agung Banten. Tidak begitu jauh dari masjid sekitar 500 meter terdapat Avalokitesvara.

    Menurut Ganjar hal itu menandakan bahwa Provinsi Banten memiliki rasa toleransi yang tinggi patut dijadikan tempat untuk belajar toleransi beragama.Berikut ini, sepenggal kisah Banten Lama yang dijunjung calon Presiden Ganjar Pranowo.

    Awal abad ke 14, Banten dikenal dengan suatu wilayah yang dipimpin Kesultanan. Kala itu, Banten merupakan salah satu kerajaan di Indonesia bermula dari banyaknya kapal dagang yang singgah dari berbagai wilayah. Kapal yang singgah kala itu, bukan hanya dari wilayah asia tetapi juga dari daratan Eropa yang kemudian menjadi penjajah di bumi pertiwi.

    Di masa lampau tahun 1330 Banten dikenal dengan nama Panten yang dikuasai oleh Kerajaan Majapahit, kala itu, Kerajaan Majapahit dipimpin Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada. Pada tahun 1524 – 1525 menjadi awal masuknya pedagang Islam menjadi cikal bakal dimulainya sejarah berdirinya Banten dalam aspek penyebaran agama Islam di Banten.

    Kemudian tahun 1524 Sunan Gunung Jati beserta pasukan gabungan dari Kesultanan Cirebon dan Demak mendarat di Pelabuhan Banten, dengan fokus untuk merebut Banten Girang. Pada 1527 Maulana Hasanuddin dan ayahnya Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati merebut Banten Girang dari Prabu Pucuk Umun yang saat itu memeluk agama Hindu dan mendirikan Kesultanan Banten. Sebelumnya, Sultan Demak mengangkat Maulana Hasanuddin sebagai Bupati Banten.

    Sejarah berdirinya Banten sebagai Kesultanan dimulai pada pengangkatan Sultan Banten pertama yaitu Sultan Hasanuddin kemudian mulai memerintah sejak 1552-1570. Hal itu, menjadi pertanda bahwa Banten menjadi kerajaan Islam sejak Demak melalui Hasanuddin mengambil alih kekuasaan.Pada masa itu, Hasanuddin menguasai kedua sisi Selat Sunda.

    Kepemimpinan Hasanuddin diteruskan Maulana Yusuf yang melakukan ekspansi wilayah kekuasaan Banten ke daerah pedalaman. Kesultanan Banten menaklukkan kekuasaan kerajaan Pajajaran pada 1579, merebut ibu kota kerajaan Sunda yaitu Pakuan Pajajaran, merampas Palangka Sriman Sriwacana yaitu tempat duduk penobatan Raja Sunda agar tidak ada lagi raja yang bisa dinobatkan di kerajaan Pajajaran.

    Puncak kejayaan Banten terjadi pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651 – 1683) dengan kepemilikan armada yang mengesankan, bahkan konon mengupah orang Eropa untuk bekerja pada Kesultanan Banten untuk mengamankan jalur pelayaran.TIdak sampai disitu, Banten juga menaklukkan Kerajaan Tanjungpura di Kalimantan Barat pada 1661.

    Sayangnya pada 1680 perpecahan muncul di Kesultanan Banten dalam bentuk perselisihan antara Sultan Ageng dan putranya yaitu Sultan Haji.Perseteruan tersebut dimanfaatkan oleh VOC untuk mendukung Sultan Haji sehingga terjadi perang saudara.

    Perang ini menyebabkan Sultan Ageng terdesak dan mundur ke selatan pedalaman Sunda bersama dua putranya yang lain.Akan tetapi Sultan Ageng tertangkap pada 14 Maret 1683 dan diasingkan serta ditahan di Batavia. Kedua putranya yang lain yaitu Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf ditangkap oleh VOC pada 1683 dan 1684. (fik).

    Artikel Terkait

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini

    Stay Connected

    0FansSuka
    16,400PengikutMengikuti
    43,300PelangganBerlangganan
    - Advertisement -

    Artikel Terbaru