Semenjak Minul mengenal facebook, kehidupannya seolah menjadi lebih baik. Punya facebook bagi Minul seperti memiliki gairah bagi hidupnya yang selama ini datar-datar saja, hambar. Berkat facebook juga, ia punya banyak kenalan dari penjuru dunia, dari daerah yang belum pernah didatangi, bahkan gosip para selebrtitis lebih cepat ia temukan di facebook dibanding di televisi.
Baru dua minggu belakangan ini Minul punya facebook. Sebenarnya Minul sudah lama mendengar istilah facebook, dari anaknya yang masih SMP, Fifi. Anak gadisnya itu kecanduan facebook. Selepas sekolah, Fifi langsung mencari Hp nya, membuka facebook. Jemarinya sibuk menulis kata-kata dengan cepat, Fifi sering tertawa sendiri, lalu marah nggak jelas. Minul menyaksikan anaknya itu dengan geleng-geleng kepala. Wong edan !
Minul semula tak tertarik dengan facebook. Fifi adalah alasan ia membenci facebook yang belum pernah ia lihat wujudnya. Minul punya kesimpulan sederhana saat itu, Fifi jadi penyendiri sejak kenal dengan facebook, Minul merasa facebook telah merenggut Fifi dari kehidupannya. Siapa sebenarnya facebook itu, nduk. Lebay !
Suatu malam, Minul yang sudah gerah dengan gestur Fifi saat facebookan menghampiri Fifi yang asyik bermain gadget sambil berbaring di tempat tidur.
“Kamu asyik bener, Fi? Lagi pesbukan?”
Fifi mengindahkan mamahnya. Minul merasa tersinggung diabaikan begitu saja. Minul menggoyang-goyangkan pundak Fifi. “Fi, mama nanya ni, kamu lagi apa?”
“Mamah, Fifi lagi asyik chat nih..!”
“Cat?”
“Chat, mah !”
“Apa itu cat?”
“Chating mamah, artinya ngobrol..”
Minul hanya ber-Ooo.
“Ngobrol sama siapa, Fi?”
Fifi abai.
“Kamu udah belajar Fi?”
“Udah mah,” sahut Fifi dengan pandangan tertuju pada layar hpnya.
“Seru Fi?” tanya Minul lagi. Fifi mengangguk, tatapannya tak beralih dari layar hp. Minul alpa, harusnya ia memarahi Fifi yang sibuk dengan hp ketimbang buku pelajaran. Atau menegurnya secara halus bahwa anaknya tidak boleh berlebihan bermain gadget.
“Boleh mamah liat? Sebentar saja.”
Minul penasaran berat.
+ + +
Minul merasa telah berburuk sangka dengan facebook. Tak seburuk yang ia kira ternyata. Sejak Fifi membuatkannya akun facebook, Minul mulai memaklumi mengapa anaknya jadi ora eling saat berselancar di facebook.
“Hp gantian ya, Fi. Mama pagi sampai sore, kamu dari sore sampai malam.” Meski awalnya Fifi keberatan, namun akhirnya Fifi menyetujuinya. Minul punya cara jitu berdiplomasi dengan Fifi: sepakat atau uang jajan berkurang.
Sehabis membereskan pekerjaan rumah. Minul punya rutinitas baru. Bermain facebook. Menambahkan teman. Melihat status orang. Menulis status. Upload foto terbaru. Menulis status jadi agenda rutin bagi Minul. Ia mulai paham, menulis status artinya mengabarkan dirinya pada dunia. Akan ada banyak orang yang melihat kehidupan dirinya. Tentang dunianya. Minul merasa terperihatikan. Apalagi Bang Kosim, suaminya, jarang memberi pujin padanyaya. Facebook lebih mengerti dirinya. Minul rajin menulis status.
Status yang dibuat harus mewakili perasaannya. Lalu mengupload foto wajah Minul yang sudah bersolek. Ada banyak komentar yang membanjiri saat dia mengupload foto wajahnya yang masih ngebul karena bedak murahan, atau ucapan prihatin saat Minul mengupload luka bakar di jemariknya saat kecipratan minyak goreng.
Sesekali status galau tentang Bang Kosim yang sibuk nyari uang tapi lupa isteri-anak. Fifi yang agak susah diatur juga bisa jadi bahan statusnya: Oh Tuhan, berikannya kekuatan pada hamba-Mu dalam mendidik amanah-Mu.
Bagi Minul, facebook telah memberikan warna baru dalam kehidupannya. Ada banyak status inspiratif dan kisah-kisah teladan yang dibagikan di facebook. Bahkan, mungkin juga ladang pahala, sebab ia kerap menemukan status yang isinya inspiratif yang ujung-ujungnya: SEMOGA YANG BILANG AMIN MASUK SURGA..!!
Minul tak pernah absen untuk bilang AMIIIN dengan emoticon dua tangan yang menangkup di wajah. Bagi Minul, facebook adalah representatif dirinya yang baru. Minul yang lebih modern. Pintar. Berkarakter. Punya begitu banyak teman. Dan, Minul banyak belajar dari facebook ! Minul yang ibu rumah tangga biasa dengan pendidikan ala kadarnya berasa jadi makin kece.
Wiih, Mbak Minul.
+ + +
Kisah Minul di atas sejatinya hanyalah fiksi. Tokoh rekaan yang saya buat untuk menggambarkan beberapa kisah dari jutaan orang yang baru mengenal facebook, termasuk ibu rumah tangga seperti Minul.
Saat ini ada dua miliar pengguna facebook. Dari jumlah tersebut, Indonesia menyembung lebih dari 100 juta pengguna. Facebook mencatat pengguna aktif di Tanah Air terus mengalami pertumbuhan. Dalam setahun terkahir peningkatannya mencapai 40%. Setiap harinya, rata-rata ada 65 juta pengguna di Indonesia. Sebanyak 97% pengguna mengakses media sosial terbesar di dunia ini lewat smartphone. Wow..!!
Kenyataan tak terbantahkan bahwa media sosial sudah jadi gaya hidup manusia masa kini. Nyaris semua orang yang memiliki smartphone yang memiliki facebook (aplikasi facebook biasanya sudah terinstail di smartphone oleh penjual handphone). Seperti Minul, orang-orang yang baru mengenal facebook begitu keranjingan. Upload ini-itu. Nulis status ini-itu. Soal upload status itu memang hak pengguna, bukan begitu?
Tapi begini, yang bikin miris, saat ini mulai bertebaran ujaran kebencian, hoaks, take news, dan persekusi. Facebook menjadi tempat curahan hati yang seringkali malah membahayakan si pengguna. Para pengguna seperti Minul barangkali tak akan berfikir dua kali sebelum klik dan share. Tak akan ambil pusing perifikasi dan kroscek take news yang beredar. Langsung share. Jadi ini soal bagaimana Anda bijak menggunakan media sosial. Saya juga pengguna facebook, tapi mungkin enggak se-eksis Minul.[]
Minul, Facebook, dan Aktualisasi Diri
- Advertisement -