Ilmuwan dari perusahaan Colossal Laboratories and Biosciences, Amerika Serikat, menjadi sorotan karena berhasil merekayasa genetika serigala dire yang telah punah 10.000 tahun lalu. Sehingga melahirkan tiga anak serigala dire yang dinamai Romulus, Remus, dan Khaleesi. Ini merupakan proyek menghidupkan kembali spesies yang sudah punah atau disebut de-extinction.
Proses de-extinction melalui proses pengambilan DNA gigi dan tengkorak yang berusia puluhan ribu tahun dari fosil-fosil serigala dire di situs-situs arkeologi, seperti La Brea Tar Pits. Pengambilan DNA tersebut untuk mengetahui informasi genetika dari serigala dire. Kemudian mengubah genom dengan menambahkan gen yang cocok dengan ciri-ciri fisik serigala dire. Hasil dari rekayasa gen ini adalah anak-anak serigala mempunyai tubuh lebih besar, rahang kuat, dan perilaku lebih liar dibandingkan dengan serigala masa kini.
Serigala dire dikenal sebagai serigala raksasa dan ganas yang hidup di Amerika Utara pada zaman es sekitar puluhan ribu tahun lalu. Tubuhnya lebih besar 25 persen dari tubuh serigala biasanya, kaki berotot, kepala lebar, rahang dan giginya kuat dan besar. Panjang tubuhnya mencapai 1,5 sampai 1,8 meter dan berat hingga 100 kg. Serigala dire adalah predator yang biasanya memburu binatang besar, seperti bison purba dan harimau sabretooth. Serigala dire akhirnya punah diduga karena adanya perubahan iklim ekstrim, mangsa yang menghilang, dan persaingan dengan spesies lain.
Pencapaian ilmuwan perusahaan Colossal Biosciences ini sangat diapresiasi sekaligus menimbulkan pertanyaan mengenai keberadaan serigala dire yang berhasil dihidupkan. Banyak risiko dan tantangan yang akan dihadapi kedepannya, mengingat ekosistem yang ditinggali manusia saat ini sangat berbeda dengan zaman es. [Radika Dzikru Bungapadi]
