Wow, Obat Kuat Ini Harganya Lebih Mahal daripada Emas, Benarkah ?

0
399
Ads

Salah satu gunung di Asia yang juga merupakan gunung tertinggi di dunia yaitu Pegunungan Himalaya, dengan puncak Everest ternyata menyimpan banyak history. Selain sebagai destinasi favorit bagi para pendaki di belahan dunia, Pegunungan Himalaya juga dijuluki sebagai ladang rejeki yang besar bagi penduduk setempat. Pasalnya, di tempat itulah penduduk bisa menemukan Yarsagumba yang merupakan sejenis jamur ulat yang memiliki nilai jual yang fantastis. Yarsagumba sendiri dalam bahasa Tibet memiliki arti ‘rumput musim panas, ulat musim dingin’.
Asal Mula Terbentuknya Yarsagumba
Dirangkum dari sains bbc.com, tanaman unik ini terbentuk saat larva ngengat yang hidup dalam tanah, terinfeksi spora jamur parasit Ophiocordyceps sinensis. Saat terinfeksi dan mati, tubuh ulat itu akan mengeras sementara di bagian kepalanya, tumbuh jamur berwarna coklat berbentuk pipih. Secara fisik, bentuk yarsagumba cukup unik, berupa batang cokelat kekuningan seukuran korek api yang mencuat dari dalam tanah. Namun, mendapatkan yarsagumba bukanlah hal mudah. Lokasi tumbuhnya sangat sulit dijangkau. Itu karena yarsagumba hanya ditemukan di wilayah bertanah lembab di ketinggian 3000-5000 meter di atas permukaan laut. Selain itu, jamur unik ini umumnya hanya tumbuh di awal musim panas atau sekitar bulan Mei dan Juni.
Masa Panen Yarsagumba
Maka, tidak heran jika musim panas tiba, desa-desa di lereng pegunungan Himalaya mendadak kosong. Penduduk desa akan mendaki dan mencari yarsagumba di lereng-lereng tinggi. Baca juga: Tak Hanya Sebagai Obat Kuat, Viagra Berpotensi Cegah Kanker Penduduk setempat percaya, yarsagumba adalah ‘obat ajaib’. Jamur ini dipercaya bisa menyembuhkan berbagai penyakit, mulai dari asma hingga kanker. Namun, salah satu khasiat yarsagumba yang paling dikenal adalah sebagai obat kuat. Tidak heran bila kemudian yarsagumba dikenal dengan nama ‘obat kuat dari Himalaya’.
Hasil gambar untuk Yarsagumba
Lebih Mahal dari Harga Emas
“Yarsagumba harganya lebih mahal dari emas,” kata Karma Lama, penjual yarsagumba. Satu kilogram yarsagumba dibanderol dengan harga US$100.000 atau setara Rp1,4 miliar di pasar internasional, seperti Cina, Korea, Thailand, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Harga yang fantastis itu lah yang membuat warga desa di lereng Himalaya rela mempertaruhkan nyawa demi mencari yarsagumba.
Terdapat Ancaman Besar Bagi Yarsagumba
Sita Gurung, salah seorang pencari yarsagumba, mengatakan bahwa cuaca dingin dan longsor salju adalah ancaman terbesar. “Kadang kami kehujanan dan kedinginan. Selain itu, longsor salju bisa datang mendadak,” ujarnya. “Jika longsornya besar, kami bisa terhempas ke jurang.” Sita mengatakan satu buah yarsagumba dijual seharga US$3,50 – 4,50 atau setara Rp50.000-65.000. Namun, saat sudah diekspor dan sampai ke pasar internasional harganya melonjak berkali-kali lipat. Satu gramnya, dibanderol dengan harga US$100 (Rp1,4 juta).
Di sisi lain, warga yang terus-menerus mencabuti yarsagumba dari lereng Himalaya dan pengaruh pemanasan global, membuat jamur unik ini semakin langka. “Biasanya sehari kita bisa menemukan 100 yarsagumba, namun sekarang paling banyak hanya 20 buah. Bahkan, ada kalanya kami tidak menemukan yarsagumba sama sekali,” keluh Sita. Padahal, yarsagumba merupakan sumber pemasukan terbesar bagi warga setempat.
“Karena yarsagumba saya bisa membeli baju baru. Bisa punya uang untuk pergi ke Kathmandu, dan yang terpenting berkat yarsagumba, saya bisa mandiri secara finansial,” kata Sita. []
 
 

Ads

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini