Hewan peliharaan memang bisa menghibur seseorang.
Salah satu hewan peliharaan yang lazim adalah Anjing.
Namun apa jadinya jika anjign justeru membawa malapetaka dan menjadi penyebab seseorang eninggal Dunia.
Seperti kisah bocah ini tewas gantung diri gegara anjing
Cek certia lengkapnya si sini:
Seperti diketahui, anjing dikenal sebagai salah satu hewan favorit yang banyak dijadikan peliharaan karena jenisnya yang beragam dan dikenal sebagai hewan yang setia.
Salah satu alasannya yakni karena anjing termasuk yang paling berhasil menjalin hubungan dekat dengan manusia.
Namun tak selamanya hubungan dekat manusia dan anjing peliharaanya berdampak positif.
Seorang gadis berusia 13 tahun tewas bunuh diri di semak-semak.
Ia ditemukan tewas dengan selembar kertas berisi pesan terakhirnya.
Surat tersebut berisi curahan hatinya yang memilukan.
Gadis bernama Amber Peat (13) tersebut mengaku sedih karena sang ibu lebih peduli terhadap sang anjing daripada dirinya.
Dikutip dari The Sun, sang ibu, Kelly dan Suaminya, Danny Peat pun menjalani pemeriksaan, Sabtu (2/2/2019), dilansir dari Tribunnews.com.
Kelly mengaku menyesal terhadap sikapnya terhadap sang putri.
Diketahui Amber menghilang pada 2 Juni 2015 lalu.
Selama 8 jam Amber menghilang, Kelly dan ayah tiri korban tidak mencari siswi tersebut.
Hal tersebut senada dengan cerita yang diungkapkan korban kepada gurunya.
Korban mengaku orang tuanya lebih peduli anjing mereka, daripada dirinya.
David Wallace, wali kelas Amber di Sekolah Menengah Tibshelf, menggambarkan, bagaimana dia dipanggil oleh seorang penjaga setelah Amber muncul di sekolah pada malam hari, usai melarikan diri dari rumah.
Tetapi Amber memberitahu Wallace, bahwa orang tuanya tidak bisa menjemputnya, karena anjing mereka sedang melahirkan.
Wallace terpaksa mengantar Amber pulang sendiri. “Dia mengatakan bahwa mereka tidak akan peduli, mereka lebih tertarik pada anjing itu,” ujar Wallace.
Pada pertemuan berikutnya di sekolah, pada Mei 2014, Wallace mengatakan dia punya firasat, ada sesuatu hal yang tidak baik di rumah korban.
Peter Kenworthy, pemimpin pastoral di sekolah itu, mengatakan kepada sidang, dengan melihat ke belakang, sekolah bisa berbuat lebih banyak untuk merujuk kasus Amber ke layanan perawatan sosial.
Namun dia mengatakan, fokus pada saat itu adalah memastikan perbaikan dalam perilakunya sejak bergabung dengan sekolah, tidak dibatalkan oleh gangguan pindah rumah lainnya.
Sebelumnya, Amber juga kerap kepergok teman-temannya mencekik dirinya sendiri namun digagalkan.
Ibu dan ayah tiri Amber mengaku menyesal, namun proses hukum tetap berlangsung hingga sekitar satu bulan ke depan.