Ibu Kota Indonesia, Jakarta, dinilai sebagai juara dalam perencanaan tata kota paling buruk di dunia. Hal itu disampaikan media arsitektur, Rethinking The Future (RTF), dalam tulisannya bertajuk ‘10 Examples of Bad Urban City Planning’.
Jakarta menempati urutan pertama, diikuti Dubai dari Uni Emirat Arab, Brasilia dari Brasil, dan Atlata dari AS.
“Sebuah ibu kota yang sangat padat, yang tersedak asap dan tenggelam dalam air yang tercemar, Jakarta dikatakan sebagai ‘tempat dengan desain terburuk’ di Bumi,” tulis RTF.
RTF juga menyoroti kualitas hidup yang buruk di Jakarta. Dikatakannya, ruang terbuka hijau Jakarta yang tidak memadai, kemacetan lalu lintas yang ekstrem, dan perluasan kota yang tidak terencana berkontribusi terhadap situasi tersebut.
“Faktor lain yang berkontribusi adalah pembangunan infrastruktur berada di tangan pemerintah daerah, mengurangi kemungkinan pelaksanaan proyek jangka panjang,” lanjutnya.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria angkat bicara atas penilaian platform arsitektur Rethinking The Future (RTF) itu.
“Ya itu penilaian yang baru kami dengar nanti akan kami pelajari, apa iya Jakarta sebagai kota terburuk di dunia dalam tata kotanya, kita akan pelajari,” ujar Riza di Jakarta, Selasa (24/8).
Riza mengatakan, gubernur DKI Jakarta dan jajarannya selalu berusaha menjadikan Jakarta sebagai kota yang lebih baik dari berbagai aspek, termasuk tata kotanya.
Namun, dia mengakui hal tersebut tidaklah semudah membalikkan telapak tangan karena banyak aspek yang harus disempurnakan di Jakarta seperti pengendalian banjir dan masalah transportasi.
“Memang tidak mudah, kita fokus pada pengendalian banjir, pada transportasi. Alhamdulillah mendapat perbaikan dari sana-sini, masalah air bersih, polusi udara, penghijauan, semuanya termasuk pendidikan, kesehatan, sekarang dituntut juga tata kota,” ungkap dia.
Pihaknya pun akan terus berupaya agar Ibukota menjadi kota terbaik di dunia melalui berbagai kolaborasi dengan semua elemen masyarakat.



