More
    BerandaBERITATangapi Tawuran Pelajar hingga Pembunuhan ODGJ di Banten, Akademisi Sebut Tanda Degradasi...

    Tangapi Tawuran Pelajar hingga Pembunuhan ODGJ di Banten, Akademisi Sebut Tanda Degradasi Moral

    SERANG – Akademisi dan Dekan FKIP Universitas Primagraha (UPG) Ari Gunardi menanggapi beberapa kasus yang belakangan menjadi sorotan di Banten, mulai dari tawuran antarpelajar di Kota Serang, hingga penyiksaan dan pembunuhan ODGJ di Kabupaten Lebak yang dilakukan oleh beberapa remaja.

    Menurut Ari, teknologi informasi yang sedemkian massif berpengaruh terhadap prilaku para remaja ini, diantaranta terjadi benturan nilai-nilai di tengah masyarakat. Perubahan ini juga telah memicu benturan nilai-nilai di kalangan masyarakat, dengan nilai-nilai lama mulai memudar dan nilai-nilai baru yang sedang mencari identitas diri.

    “Kemudian ada benturan nilai di masyarakat nilai lama sudah mulai memudar nilai baru sedang mencari bentuk jati diri nya ngumpul sehingga para kaum remaja ini akhirnya lepas kontrol,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Jumat (23/6).

    Inilah saatnya peran orang tua, pemerintah, dan dinas terkait pendidikan menjadi krusial. Langkah-langkah pembatasan konten di media seperti televisi, film, dan penayangan video yang menampilkan kekerasan serta tawuran demo yang tidak disensor perlu diambil sebagai contoh bagi remaja saat ini.

    “Nah disitulah peran orang tua dan pemerintah kemudian dinas terkait pendidikan terutama kemudian membatasi terkait tayangan seperti TV, FIlm kekerasan penayangan video tentang tawuran demo yang tidak disensor atau menunjukkan kebrutalan kebrutalan ini juga harus disensor dibantai dan di medsos menjadi contoh remaja sekarang,” imbuhnya.

    Selain itu, kurikulum pendidikan yang mendorong siswa menjadi aktif dalam belajar ternyata tidak banyak diikuti oleh siswa. Hal ini menyebabkan frustasi dan kecenderungan mencari sensasi sendiri. Mereka tidak selalu siap menghadapi perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju. Terlebih lagi, situasi pandemi COVID-19 yang mewajibkan segala aktivitas dilakukan secara online telah memberikan pengaruh signifikan.

    “Kurikulum pendidikan secara belajar siswa aktif yang tidak banyak siswa mengikutinya itu menjadi frustasi dan mencari sensasi sendiri,” katanya.

    Dengan adanya pandemi yang menyerang di berbagai belahan dunia selama dua tahun mengakibatkan kejedaan konsep akhlakul karimah yang seharusnya ditanamkan oleh pendidik.

    Hal ini telah mempengaruhi pola pendidikan dan kegiatan remaja saat ini. Mereka cenderung lebih tertarik pada penggunaan perangkat seluler seperti smartphone, aplikasi media sosial, dan teknologi lainnya. Hal ini menjadi tantangan yang sulit dihadapi, mengingat ketersediaan media sosial, WhatsApp, TikTok, Instagram, dan sejenisnya yang memungkinkan penayangan konten yang dapat mempengaruhi remaja secara negatif.

    “Konsep akhlakul karimah yang harus ditanamkan oleh pendidik sempat terjeda selama dua tahun sehingga mempengaruhi pola pendidikan dan pola kegiatan para remaja sekarang ini sehingga mereka lebih cenderung kepada HP, teknologi, smartphone dan sebagainya yang itu yang sulit dibendung karena memang ada medsos ada wa tiktok apalagi intagram segala macam bisa menayangkan hal-hal yang bisa mempengaruhi sehingga mereka bisa mengakses,” katanya.

    Ia juga mengatakan terdegradasinya moral pada anak juga disebabkan rendahnya pola panutan atau idola bagi anak.

    “Memang degradasi moral itu disebabkan rendahnya pola panutan atau idola bagi remaja,” ujarnya.[Fik]

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini

    - Advertisment -

    Most Popular