More
    BerandaBERITASejarah Tradisi Membeli Baju Baru Saat Lebaran

    Sejarah Tradisi Membeli Baju Baru Saat Lebaran

    Lebaran selalu identik dengan tradisi membeli baju baru. Fenomena ini bukan sekadar kebiasaan modern, tetapi memiliki akar sejarah yang panjang, baik dari sisi budaya maupun agama.

    Jejak Sejarah di Nusantara

    Di Indonesia, tradisi mengenakan pakaian baru saat Idulfitri sudah ada sejak zaman kerajaan Islam. Pada masa Kesultanan Demak dan Mataram Islam, masyarakat mengenakan pakaian terbaik mereka untuk menunjukkan rasa syukur dan kebersihan jiwa setelah sebulan berpuasa. Pakaian baru juga melambangkan awal yang suci setelah menjalani ibadah Ramadhan.

    Seiring waktu, kebiasaan ini terus berkembang. Pada masa kolonial Belanda, pakaian baru saat Lebaran menjadi simbol status sosial. Keluarga yang mampu biasanya mengenakan kain batik atau kebaya baru, sementara yang kurang mampu tetap berusaha memakai pakaian terbaik yang mereka miliki.

    Pengaruh Islam

    Dalam ajaran Islam, memakai pakaian terbaik saat hari raya merupakan sunnah. Rasulullah ï·º menganjurkan umat Muslim untuk mengenakan pakaian yang bersih dan indah saat Idulfitri. Meski tidak diwajibkan membeli baju baru, umat Muslim diajarkan untuk tampil rapi dan menghormati momen suci ini.

    Hadis dari Al-Hakim meriwayatkan bahwa Umar bin Khattab pernah membeli jubah baru untuk Rasulullah ï·º agar dipakai pada hari raya dan saat menyambut tamu. Dari sini, banyak umat Muslim mengartikan bahwa memakai baju baru saat Idulfitri adalah bentuk kegembiraan dalam merayakan hari kemenangan.

    Di era modern, tradisi membeli baju baru semakin berkembang dengan adanya industri tekstil dan ritel. Sejak tahun 1980-an, pusat perbelanjaan mulai menawarkan diskon besar menjelang Lebaran, mendorong masyarakat untuk membeli pakaian baru. Iklan dan media sosial juga berperan besar dalam memperkuat budaya ini, menjadikannya bagian dari euforia menyambut hari raya.

    Namun, di balik tradisi ini, muncul kritik tentang pola konsumsi yang berlebihan. Beberapa orang membeli baju baru hanya demi mengikuti tren, bukan sekadar menjalankan sunnah. Hal ini menimbulkan perdebatan tentang apakah tradisi ini masih mencerminkan nilai kesederhanaan yang diajarkan dalam Islam.

    Membeli baju baru saat Lebaran bukan sekadar tradisi tanpa makna. Dalam sejarahnya, kebiasaan ini berkaitan dengan nilai kebersihan, penghormatan terhadap hari raya, dan ekspresi kebahagiaan. Namun, penting untuk tetap bijak dalam menjalankannya agar tidak terjebak dalam budaya konsumtif yang berlebihan. Yang terpenting adalah makna spiritual Idulfitri itu sendiri—kembali kepada fitrah dengan hati yang bersih dan jiwa yang suci.

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini

    - Advertisment -

    Most Popular