More

    Pusparani Hasjim, Istri Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim, Tangguh dan Menginspirasi Perempuan Indonesia

    Pusparani Hasjim Chappy Hakim merupakan seorang perempuan yang bukan berasal dari keluarga militer. Ibunya seorang guru, sedangkan ayahnya seorang Advokat-Procureur.

    Ia menjadi istri tentara karena menikah dengan seorang tentara yang kelak menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) untuk periode 2002—2005, Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim.

    Pusparani bercerita mengenai suka dukanya menjadi istri tentara. Salah satunya, ketika di awal pernikahan, ia dan suami bahkan belum sempat menyelesaikan bulan madunya yang sederhana di Bogor. Hal itu dikarenakan sang suami harus dijemput untuk bertugas untuk waktu yang cukup lama.

    “Dijemput, kakak saya dateng, katanya suami saya harus tugas. Tugas yang lama. Terus, pulanglah,” ungkap Pusparani.

    Tidak sampai di situ, ketika sang suami melapor untuk bertugas, ia diminta untuk mengajak Pusparani untuk menemani bertugas oleh komandannya.

    Sebagai seorang yang lahir dan besar di Jakarta, Pusparani menerima tugas untuk menemani sang suami bertugas di wilayah timur Indonesia.

    Selanjutnya, selama tiga minggu, ia juga harus menemani sang suami bertugas di Pulau Biak. Di sana, ia merasakan kehidupan yang sangat berbeda dengan hidupnya di Jakarta sebelumnya.

    “Di Jakarta, airnya enak. Di Biak, airnya payau. Tapi ya udah keadaannya seperti itu ya diikutin selama tiga minggu,” tuturnya.

    Sebagai istri prajurit, Pusparani pun dituntut untuk turut berlatih dan belajar, seperti menjadi seorang sekretaris, mengurus organisasi, dan lain sebagainya. Diakuinya, dari hal itu, ia banyak belajar dan memperoleh ilmu.

    “Kalo Bapak (suami)-nya sekolah, kita sekolah. Jadi kita semua, istri-istri, juga mendapatkan pendidikan,” imbuhnya.

    Sampai akhirnya, Chappy Hakim dipercayai menjadi KSAU, dirinya pun dipercayai untuk memperhatikan kesejahteraan anggota keluarga dari prajurit TNI AU.

    Pusparani berpendapat, perempuan-perempuan muda tidak boleh tinggal diam. Harus peduli dengan lingkungan sekitarnya.

    “Kalau perempuan itu sudah berkeluarga, yang utama adalah keluarga,” pesannya.

    Dirinya berharap, perempuan-perempuan muda harus betul-betul berdedikasi untuk keluarga serta mampu mendidik dan membesarkan anak-anak dengan baik. Karena baginya, semua hal berawal dari binaan keluarga.

    “Perempuan adalah tiang negara. Kalau perempuannya baik, maka negara juga baik,” pungkasnya.

    Artikel Terkait

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini

    Stay Connected

    0FansSuka
    16,400PengikutMengikuti
    44,500PelangganBerlangganan
    - Advertisement -

    Artikel Terbaru