Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah merupakan salah satu monumen agama Buddha terbesar di dunia. Candi ini berbentuk stupa, yaitu lambang Buddha berbentuk mangkuk terbalik pada bangunan candi. Bentuknya biasa disebut harmika, yaitu persegi empat atau segi delapan. Stupa juga berbentuk lonceng atau disebut genta.
Candi Borobudur punya 72 buah stupa di tiga lantai teratas dengan stupa paling besar yang menjadi pusatnya. Semua stupa berisi arca Buddha. Candi Borobudur adalah penggambaran alam semesta raya yang dibagi jadi 3 bagian besar, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu.
Kamadhatu berada di kaki Borobudur, melambangkan dunia bawah yang dikuasai kama atau nafsu keinginan yang lekat dengan manusia. Di atasnya, terdapat Rupadhatu yang digambarkan sebagai dunia orang suci yang memisahkan alam bawah (Kamadhatu) dan alam atas (Arupadhatu).
Alam atas atau nirwana, Arupadhatu, merupakan tempat para Buddha bersemayam, bebas dari nafsu, tercapainya kemerdekaan diri yang mutlak, dan bebas dari ikatan bentuk dan rupa. Arupadhatu digambarkan polos dan tidak mempunyai relief. Arupa artinya tidak berwujud atau tidak berupa.
Menurut Prof. Dr. Sucipta Wirjosaputro, lubang-lubang pada stupa merupakan lambang tentang proses lenyapnya sisa-sisa nafsu terakhir. Lubang bergaris miring menggambarkan tingkat peralihan dan masih ada sisa nafsu. Sedangkan di tingkat di atasnya bergaris tegak yang menggambarkan nafsu telah terkikis habis.
Dari situs Kabupaten Magelang, stupa dalam agama Buddha didirikan untuk menyimpan relik Buddha yang telah mencapai kesucian. Relik diambil dari sisa jasmani berupa kristal setelah dilakukannya kremasi. Diyakini relik ini memiliki getaran suci yang mengarahkan pada perbuatan baik. Setiap upacara Waisak, relik dibawa dalam prosesi dari Mendut ke Borobudur untuk ditempatkan di altar utama.
[Radika Dzikru Bungapadi]