Martabak merupakan salah satu hidangan pilihan untuk diberikan kepada calon mertua. Selain karena rasanya enak dan harga terjangkau, satu porsi martabak pun bisa dinikmati oleh banyak orang.
Hampir di seluruh Indonesia martabak dapat ditemukan. Rasanya yang enak dan cocok dengan lidah orang Indonesia membuat martabak ini digandrungi masyarakat. Tak heran penjual martabak dapat dijumpai di mana-mana.
Meskipun dikenal sebagai hidangan khas Indonesia, namun sebenarnya martabak punya sejarah panjang. Justru martabak dimulai di Timur Tengah dan India. Seiring perjalanannya, martabak akhirnya masuk ke Indonesia dan menjadi populer dengan berbagai modifikasinya.
Nama martabak berasal dari bahasa Arab “mutabbaq”, yang artinya “terlipat”. Martabak biasa ditemui di wilayah Hijaz, Yaman, India, dan Bangladesh. Para pedagang musafir Timur Tengah dan India membawa resep mutabbaq dan menyebarkannya di Indonesia. Makanan ini dimodifikasi hingga menjadi martabak.
Ada dua jenis martabak di Indonesia yang kita kenal saat ini, yaitu martabak asin (telur) dan martabak manis.
Sekitar tahun 1930, pemuda India bernama Abdullah bin Hasan Almalibary berkenalan dengan pemuda Tegal bernama Ahmad bin Kyai Abdul Karim. Abdullah mengenalkan makanan bernama “moortaba” dengan bahan dasar terigu, yang kemudian diberi variasi oleh Ahmad sehingga menjadi martabak telur. Martabak menyebar ke seluruh nusantara lewat masyarakat yang pergi merantau dan berdagang makanan di pasar malam ke beberapa kota Jawa.
Sementara itu, martabak manis berasal dari makanan Hok Lo Pan yang diciptakan orang-orang Hakka (Khek) dari Pulau Bangka. Hioe Kui Sem, seseorang dari Pulau Bangka pergi merantau ke Bandung dan memperkenalkannya di tahun 1950. Makanan tersebut dinamai martabak Bangka.
Uniknya, martabak Bangka yang saat itu dijual oleh Hioe Kui Sem ini bersebelahan dengan penjual martabak asin (telur) yang laris manis. Mereka pun sepakat menamai makanan yang dijual dengan martabak asin dan martabak manis. Meskipun di beberapa daerah, nama martabak manis bisa berbeda-beda. Contohnya di Bandung, martabak manis disebut sebagai terang bulan.
Seiring berjalannya waktu, martabak semakin populer dengan berbagai inovasinya. Mulai dari martabak berukuran mini, martabak pandan atau red velvet dengan keju mozarella, sampai martabak jumbo dengan topping melimpah ruah.
Martabak asin dan manis menjadi makanan lezat yang disukai banyak orang, ditambah harganya yang terjangkau dan tersedia di mana-mana. Begitulah cerita asal-usul martabak dari Timur Tengah hingga bisa menjadi makanan favorit pilihan orang Indonesia.[Radika Dzikru Bungapadi]