SERANG – Sebanyak 22 siswa yang terlibat tawuran di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) mendapat pendampingan psikologis, Senin (20/6).
Komnas Perlindungan Anak menemukan fakta bahwa para siswa yang mendekam dibalik jeruji besi Polresta Serang Kota mengikuti instruksi dari pemimpin diantara 22 siswa yang terlibat tawuran.
Ketua Komnas Perlindungan Anak Provinsi Banten Hendry Gunawan mengatakan setelah pihaknya melakukan tes psikologi kepada anak-anak yang sedang menjalani langkah-langkah hukum.
“Dalam beberapa fakta yang ditemukan dilapangan anak-anak terlihat dari 20 anak ini sekilas tadi disampaikan oleh LDP atau layanan dukungan Psikososial Provinsi Banten bahwa anak-anak sebagian besar mengikuti arahan atau instruksi dari beberapa leader yang ada diantara 22 itu,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga menemukan beberapa anak yang terlibat tawuran belum bisa membedakan baik dan buruk. Bahkan mereka juga belum bisa menghargai diri sendiri.
“Mereka dari psikotes yang dilakukan ada beberapa anak yang masih belum bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk, mereka juga belum bisa menghargai diri sendiri,” ujarnya.
Temuan ini memberikan indikasi adanya hubungan yang erat antara pola pengasuhan dalam keluarga dan perilaku anak-anak.
“Nah ini yang kita lihat ada kaitannya dengan pengasuhan keluarga. Nah ini tadi yang ditemukan fakta dilapangan terkait dengan bagaimana anak-anak dilakukan proses psikotes tadi,” ujarnya.
Selain pendampingan psikologis, para guru dari Ikatan Guru Indonesia Kota Serang turut berkontribusi dalam memberikan layanan konseling kepada anak-anak.
Mereka mendorong anak-anak untuk mempertanggungjawabkan tindakan yang telah dilakukan, meningkatkan kesadaran diri dan penyesalan, serta memotivasi mereka untuk melihat masa depan yang cerah setelah melewati proses hukum.
“Bagaimana mereka mempertanggung jawabkan apa yang sudah mereka lakukan. Kemudian kesadaran diri penyesalan, kemudian didorong juga untuk terus termotivasi agar tentu saja setelah mereka selesai dari proses hukum ini mereka bisa kembali beraktivitas sebagai anak yang masih punya masa depan yang panjang,” ujarnya.
Dalam upaya memberikan inspirasi dan pemahaman yang lebih luas, Ikatan Guru Indonesia Kota Serang memberikan buku-buku yang ditulis oleh siswa-siswa SMK. Buku-buku ini dihasilkan melalui dorongan dari para guru, yang mendorong siswa untuk berbagi pengalaman mereka.
“Ada buku yang diberikan dari ikatan guru indonesia kota serang yang buku tersebut ditulis oleh anak-anak SMK. Jadi siswa yang memang didorong untuk bisa menyampaikan bagaimana pengalaman dan sebagainya itu didorong oleh guru-guru dari Ikatan Guru Indonesia,” katanya.
“Tadi kita serahkan kepada bapak kapolres dan diterima langsung kapolres beliau menyampaikan apresiasi terkait dengan bagaimana anak-anak bisa menghasilkan tulisan dalam bentuk buku,” sambungnya.
Selain para siswa yang terlibat tawuran pihaknya juga memberikan sebuah buku khusus diserahkan kepada Kapolres, yang secara langsung menerima dan mengapresiasi upaya anak-anak dalam menulis buku sebagai bentuk ekspresi mereka.
“Buku yang memang kita siapkan untuk anak-anak ada 22 termasuk tadi yang diserahkan ke bapak kapolres. Ada satu yang memang ini kita dorong agar anak-anak bisa membaca dan melihat bagaimana rekan-rekannya dari sekolah lain, seumuran mereka memotret bagaimana apa yang mereka temukan di keseharian mereka,” katanya.
Total ada 22 buku yang telah dipersiapkan khusus untuk anak-anak, termasuk satu buku yang secara simbolis diserahkan kepada Kapolres. Buku-buku tersebut diharapkan dapat membantu anak-anak dalam meningkatkan minat membaca dan melihat pengalaman teman sebaya mereka di sekolah lain, dengan tujuan memotivasi mereka dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.[Fik]