SERANG, Sultantv.co – Warga Lingkungan Sukadana 1, Kelurahan Kasemen, Kecamatan Kasemen, yang tinggal di bantaran kali pembuang Cibanten mengaku resah di saat rumahnya akan dibongkar oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Serang.
Seperti yang dirasakan oleh salah seorang warga Lingkungan Sukadana 1 RT 03, Nanang Nurmansyah. Ia mengaku sering tidak fokus saat bekerja, sejak adanya informasi tempat tinggalnya akan dibongkar.
“Kita kerja jadi tidak fokus karena pikiran, mau lari kemana. Resah. Susah tidur. Jadi gak tenang. Kerja banyak ngelamun, penghasilan tambah susah aja,” kata Nanang, Sabtu, 31 Mei 2025.
Sebelumnya, sebanyak 224 bangunan rumah atau per KK (kepala keluarga) diagendakan akan dibongkar pada 30 Mei kemarin.
Namun akhirnya ditunda sementara, menunggu pelaksanaan hari raya Idul Adha 1446 hijriah dan tahun ajaran baru di sekolah.
Keputusan ini diambil usai warga Sukadana 1 melakukan audiensi dengan Ketua DPRD Kota Serang, beberapa pekan lalu.
Nanang mengaku sangat sedih rumah yang sudah ditempati selama 22 tahun lebih bersama keluarganya harus dibongkar begitu saja, lantaran disebut sebagai penyebab banjir yang terjadi selama ini di Kota Serang.
“Sementara kalau kita mau ngambil rumah di perumahaan harus pake bank checking. Saya kerja buruh jasa, instalasi listrik. Tapi itu tidak setiap hari, paling seminggu ada tiga kali,” keluh dia.
Nanang menolak dengan tegas direlokasi ke rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Margaluyu atau Kaujon, karena dinilai tidak layak huni.
“Karena kita banyak lansia dan banyak anak-anak. Fasilitas di sana juga kurang, gak ada buat main buat anak-anak kalau di atas, paling di bawah. Terus pakai tangga, yang namanya tangga 10 lantai gimana jalannya. Dinding-dinding juga masih banyak yang bocor kalau mereka buang air kecil atau besar, rembes. Jadi tidak layak,” paparnya.
Dirinya berharap, masih ada kebijakan dari Pemkot Serang untuk memberikan tempat yang layak untuk keluarganya dan warga lainnya, yaitu berupa tanah Bengkok.
“Kalau sewa, kita bayar sekian meter, tergantung kebijakan pemerintah. Atau pun secara parsial. Kemungkinan suatu saat nanti kita bisa memiliki tanah tersebut, sehingga kita bisa sejahtera dan nyaman gitu,” jelas Nanang. (Roy)