Tenggelamnya kapal KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba menyisakan luka mendalam bagi keluarga korban. Seperti diungkapkan Fajar Alamsyah Putra, ketika ditanya soal harapannya tatkala menunggu kabar sang adik, Bagas Prama Ananta, salah satu penumpang KM Sinar Bangun, yang tenggelam Senin (18/06) sore lalu.
“Kalau bisa dibilang ya, Wallahu a’lam, tidak tahu selamat atau tidak. Itu sudah ujian buat keluarga kami. Tapi saya cuma ingin ketemu adik saya, supaya bisa saya bawa pulang.”
Segera setelah mengetahui bahwa adiknya ikut menaiki kapal tenggelam yang berlayar dari Pelabuhan Simanindo, Pulau Samosir, menuju ke Tigaras, Kabupaten Simalungun itu, Fajar beserta anak, istri, ayah dan sepupu-sepupunya, langsung menuju Tigaras. Seperti dilansir bbc.com, Fajar mengaku sudah 24 jam menunggu. Namun, kabar yang dinanti tidak kunjung tiba.
“Saya akan menunggu sampai adik saya ketemu. Saya nggak akan pulang.”
Senin itu, Bagas yang masih menikmati libur lebaran, touring (berjalan-jalan mengendarai) skuter dengan sejumlah temannya.
“Biasanya dia touring sama abang-abang sepupunya. Sekarang ini tidak. Dia cuma minta izin sama orang tua saya. Kalau dia minta izin ke kami, abang-abangnya, pasti dia nggak dikasih izin,” cerita Fajar dengan nada sendu.
Kepastian tentang ikutnya sang adik menumpang Kapal KM Sinar Bangun, didapatkan Fajar dari teman adiknya yang menjadi korban selamat.
“Adik saya ternyata ada di bagian dalam kapal. (Waktu kapal tenggelam), dia tidak bisa keluar. Kapal dengan cepat mengguling. Kawannya yang ada di bagian atas kapal, selamat, dia sempat melompat dan dapat pertolongan dari kapal feri yang lewat,” tutur Fajar.
‘Histeris’ dalam ketidakpastian
KM Sinar Bangun tenggelam sekitar pukul 17.20 WIB, Senin lalu. Angin kencang dan besarnya ombak disebut sebagai penyebab utamanya.
Sebanyak 19 orang korban telah ditemukan. Satu di antaranya meninggal dunia.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara menyatakan hingga Selasa sore, sudah ada 105 orang yang dilaporkan keluarganya, ikut menumpang kapal tersebut serta masih dinyatakan hilang.
Dan suasana harap cemas puluhan keluarga, terus terasa di Pelabuhan Tigaras, yang kini menjadi salah satu posko informasi tenggelamnya KM Sinar Bangun.
“Sampai saat ini (Selasa sore) masih ada yang histeris. Banyak juga yang diam termenung menunggu kepastian,” lapor wartawan di Pelabuhan Tigaras, Lazuardy Fahmi, kepada BBC News Indonesia.
“Begitu ada perahu tim SAR yang merapat, para keluarga berlari, rupanya nggak ada (korban yang dibawa), mereka langsung histeris. Lalu duduk-duduk melamun, menjerit (lagi), seperti itu terus.”
Salah satunya adalah Yanti Samsudin, yang mengaku sudah menunggu di pelabuhan sejak pukul dua pagi hari Selasa. Adik Yanti yang bernama Yudi, beserta istri dan anaknya yang masih berusia dua setengah tahun, ikut menaiki KM Sinar Bangun. Sama seperti Bagas, keluarga kecil itu sedang menikmati libur lebaran, berwisata ke Pulau Samosir di Toba.
“Terakhir ketemu (Yudi) malam Senin, kumpul ramai-ramai di rumah orang tua, ngerayain lebaran. Tak ada firasat apa-apa waktu itu.
“Harapannya ditemukan lah (adik saya). kalau nggak selamat, ya kalau bisa jasadnya bisa kami tengok gitu lah,” kata Yanti.
Temuan helm, handphone, tas mengapung
Meskipun sudah menunggu sejak Selasa dini hari, Yanti mengeluhkan sedikitnya informasi yang diperolehnya dari pihak berwenang terkait upaya penyelamatan adiknya.
“Ya udah, nggak ada apa-apa dari pagi, seharian ini. Nggak dibilang apa-apa, disuruh menunggu saja.”[]