Setiap memasuki bulan Agustus, seluruh masyarakat Indonesia sudah merasakan nuansa perayaan hari kemerdekaan yang sangat khas dengan puncak perayaannya pada tanggal 17 Agustus. Mulai dari semarak dekorasi merah putih, upacara bendera, serta ragam perlombaan menjadi beberapa tradisi menyambut hari kemerdekaan di Indonesia yang umum. Namun, tahukah kamu bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia masing-masing dan unik?
Pulau Jawa
Mayoritas penduduk di Pulau Jawa memperingati HUT RI dengan mengadakan acara Tirakatan setiap tanggal 16 Agustus.
Acara tersebut diadakan oleh setiap RT. Biasanya, kegiatan ini diisi dengan perkumpulan warga, doa bersama, penampilan panggung warga setempat seperti tari-tarian, paduan suara, hingga wayang.
Batam
Tak hanya di pulau Jawa, Batam juga punya tradisi unik dalam memperingati HUT RI. Salah satunya: Lomba Sampan Layar. Lomba ini sudah ada sejak 1959 hingga sekarang.
Banyak orang antuasias menyaksikan Lomba Sampan Layar. Ya, lomba ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Batam. Para peserta yang ikut Lomba Sampan Layar ini berlayar mulai dari pelabuhan Belakang Padang, Batam.
Aceh
Dalam rangka memperingati HUT RI, Aceh juga memiliki serangkaian lomba-lomba unik, salah satunya ialah lomba Pacu Kude. Lomba ini harus diikuti oleh anak-anak hingga remaja berusia 12 sampai 20 tahun.
Lomba pacuan kuda ini disaksikan oleh banyak warga karena memacu adrenalin dan ketangkasan peserta.
Nusa Tenggara Barat
Di Lombok, NTB, budaya Peresean mempertemukan 2 laki-laki untuk bertarung dengan sebilah rotan atau senjata tradisional. Ini masih menjadi tradisi yang selalu dilakukan setiap kali menyambut HUT RI.
Dulu, Parasean dipertontonkan oleh para turis dalam program Visit Lombok 2012. Namun, beberapa tahun berikutnya, tradisi ini juga digunakan untuk memperingati HUT RI.
Palembang
Palembang juga punya tradisi yang tak kalah unik, yakni Festival Telok Abang. Kata ‘telok’ berarti ‘telur’ sedangkan ‘abang’ berarti ‘warna merah’.
Dalam praktiknya, warga merebus telur ayam atau telur bebek kemudian diberikan pewarna makanan merah lalu ditancapkan di atas perahu atau kendaraan lainnya.[]