Niduparas Erlang, pengarang asal Banten berhasil mendapat penghargaan bergengsi tingkat nasionaal. Melalui novel Burung Kayu (2020), penulis kelahiran Kampung Nanggewer, Sukasari, Tunjung Teja, Kabupaten Serang, 34 tahun lalu ini didaulat sebagai pemenang 20Th Kusala Sastra Khatulistiwa kategori prosa.
Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) adalah ajang penghargaan bagi dunia kesusastraan Indonesia yang didirikan Richard Oh dan Takeshi Ichiki dan mulai dilaksanakan sejak 2001. Acara ini, sebelumnya bernama Khatulistiwa Literary Award, tetapi berganti nama sejak 2014. Pemenang KSK didasarkan pada buku-buku puisi dan prosa terbit dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, yang kemudian diseleksi secara ketat oleh para dewan juri.
Burung Kayu karya Niduparas Erlang berhasil menjadi pemenang dan menyisihkan empat kandidat novel lainnya yakni Kisah-kisah Perdagangan Paling Gemilang, Orang-orang Oetimu, Rab(b)i, dan Surat-surat Lenin Endrou. Ketua Dewan Penjurian Martin Suryajaya, dalam menjalankan penjurian, pihaknya berpegang pada tiga kriteria pokok.
“Pertama, kebaruan yang ditawarkan karya kepada sastra Indonesia. Kedua, kepengrajinan dalam menghadirkan bangunan karya dengan memberdayakan kecakapan bahasa Indonesia. Dan yang ketiga, dalam wujud seperti apakah karya tersebut mengambil sikap kepada situasi kita hari-hari ini,” kata Martin Suryajaya, dalam video yang diunggah melalui akun Twitter Pendiri KSK Richard Oh, Kamis, (15/10/2020).
Dalam menulis novel Burung Kayu, Nidu bilang, tidak sekadar berkisah tentang Mentawai, melainkan berkisah di dalam masyarakat Mentawai, khususnya masyarakat di Lembah Sungai Rereiket. “Saya tidak tahu apakah upaya itu berhasil atau tidak. Biarlah pembaca Burung Kayu yang menilainya,” katanya lagi. (sultantv)
