Warga Pakistan menggunakan hak suaranya pada Rabu (25/7) dalam pemilihan umum yang sangat ketat antara mantan pahlawan kriket Imran Khan dengan partai eks-Perdana Menteri Nawaz Sharif yang digulingkan dan kini dipenjara. Keduanya berpotensi tak akan memenangi suara mayoritas di tengah krisis nilai tukar mata uang yang menghantui.
Satu dekade setelah Pakistan terakhir kali dipimpin oleh pemerintahan militer, pemilu dinodai dugaan ikut campur angkatan bersenjata yang ingin memenangkan Khan setelah hubungan memburuk dengan partai Sharif, pemimpin yang dijebloskan ke penjara karena korupsi bulan ini.
Khan muncul sebagai favorit dengan perbandingan suara tipis di berbagai survei, tapi persaingan ketat kemungkinan ditentukan oleh Punjab, provinsi paling padat di Pakistan, di mana partai Sharif selalu memimpin setiap jajak pendapat.
Pemungutan suara dimulai di seluruh penjuru negeri pada 8.00 waktu setempat atau 10.00 WIB dan akan tutup pada 20.00 WIB. Hasil hitung perlahan mulai bisa dilihat dalam waktu beberapa jam setelah penutupan dan pemenang kemungkinan bisa disimpulkan pada 4.00 WIB esok harinya. Partai manapun yang menang akan dihadapkan pada banyak masalah mendesak, mulai dari krisisi ekonomi hingga perburukan hubungan dengan Amerika Serikat hingga kekeringan pasokan air bersih yang semakin parah.
Sebagai pejuang anti-korupsi, Khan menjanjikan “negara sejahtera Islamis” dan menggambarkan kampanye populisnya sebagai pertempuran untuk menggulingkan elite politik yang menghambat pertumbuhan di negara mayoritas Muslim berpenduduk 208 juta orang di mana angka buta huruf berada di kisaran 40 persen.
“Kami dihadapkan dengan para mafia,” kata Khan dalam salah satu kampanye terakhirnya di Karachi, sebagaimana dikutip Reuters. “Para mafia ini mencari uang di negara ini dan menyedotnya di luar negeri, mengubur negeri ini dalam utang.”
Khan dengan tegas menampik tudingan partai Sharif, Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PML-N) bahwa ia mendapatkan bantuan dari militer, pihak yang memimpin selama separuh dari sejarah Pakistan dan masih menentukan kebijakan keamanan serta luar negeri di negara berkekuatan nuklir itu. Angkatan bersenjata juga menepis tudingan ikut campur di pemilu.
Partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf, mempunyai sedikit keunggulan dari PML-N dalam survei terkini. Namun, meski mendapatkan suara terbanyak, partai itu bakal kesulitan mendapatkan mayoritas dari 272 kursi Dewan Nasional, berpotensi mengakibatkan hiruk-pikuk pembentukan koalisi pemerintah yang bisa menggantung selama beberapa pekan.
Penundaan itu bisa mengganggu perekonomian Pakistan lebih jauh, di mana krisis nilai tukar mata uang diperkirakan memaksa pemerintah berpaling pada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk kedua kali sejak 2013. PTI tak menepikan kemungkinan mencari bantuan China, sekutu terdekat Islamabad.[]
Sumber:Â https://www.cnnindonesia.com