Bagi masyarakat Indonesia, susu sapi telah menjadi asupan penting. Bukan hanya untuk anak-anak tapi juga orang dewasa bahkan lansia. Budaya minum susu di Indonesia sendiri baru masuk di sekitar pertengahan abad ke-19. Sejarah kehadiran susu hingga menjadi bagian dari keseharian keluarga Indonesia tak lepas dari kebudayaan khas daerah setempat.
Susu dan produk hewani lainnya telah dikonsumsi di beberapa daerah yang memiliki kebiasaan menggembala seperti sejumlah area di Sumatera dan Sulawesi. Susu sapi murni berkualitas mengandung minimal 3, 25 persen lemak susu dan 8,25 persen padatan susu bukan lemak yakni protein, karbohidrat, vitamin larut air, mineral, kasein, seng, kalsium, omega-3, dan fosfor.
“Gurih” sering digunakan untuk menyebut rasa susu sapi murni. Rasa ini disebabkan adanya kandungan garam mineral alami serta gula laktosa di dalam susu. Rasa susu mudah berubah jika tercampur benda-benda tertentu, baik disebabkan oleh makanan maupun wadah. Agar rasanya tak banyak berubah, penting untuk mengolah susu dengan tepat sejak pemerahan hingga pengemasan, hingga akhirnya Anda konsumsi.
Sebelum diperah, susu sapi murni atau raw milk masih steril. Namun susu sapi mudah terkontaminasi bakteri dan mikroorganisme saat terpapar udara bebas setelah diperah. Karena itu susu sapi murni tidak disarankan dikonsumsi mentah. Karena itu susu perlu diproses lebih lanjut, dengan pasteurisasi atau UHT. Tujuannya untuk menghambat perkembangbiakan bakteri atau patogen yang berbahaya bagi tubuh yang mungkin terkandung di dalam susu tanpa banyak merusak kandungan susu sapi.
” Kebaikan susu dan produk olahannya kemudian menjadi komoditas yang dapat dinikmati masyarakat Indonesia ketika industri peternakan sapi perah mulai berkembang pada pertengahan abad ke-19,” ujar Fadly Rahman, sejarawan dari Universitas Padjajaran, dalam acara Frisan Flag Indonesia MilkVersation di Veranda Jakarta, Kamis 3 Mei 2018.
Seiring berjalannya waktu, susu menjadi bagian tak terpisahkan dari pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Akan tetapi dari sisi hulu, pemenuhan kebutuhan susu sapi segar dalam negeri masih memiliki tantangan tersendiri.
Sejalan dengan meningkatnya jumlah kelas menengah dan kesadaran akan manfaat susu bagi kesehatan, kecenderungan konsumsi produk hasil ternak termasuk susu juga semakin meningkat. Sayangnya, kebutuhan ini tidak diimbangi dengan kuantitas dan kualitas susu sapi lokal yang mumpuni.
Sebagai tulang punggung pemenuhan kebutuhan susu sapi segar dalam negeri, para peternak sapi lokal menghadapi berbagai tantangan dalam menghasilkan produk susu berkualitas, mulai dari lahan yang semakin terbatas hingga sanitasi yang kurang baik.
” Adanya celah antara tingkat permintaan, tingkat importasi dan tingkat produksi ini selain merupakan tantangan yang harus diatasi, juga merupakan peluang ekonomi bagi bangsa Indonesia,” kata Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Epi Taufik, Ph.D.
Tantangan lain yang tak kalah penting ialah rendahnya minat generasi muda untuk terjun di industri peternak sapi perah. Padahal, jika dikelola secara baik sesuai Good Dairy Farming Practices (GDFP), bisnis susu sapi segar memiliki potensi ekonomi yang menguntungkan.[]
Orang Indonesia Suka Minum Susu, Ternyata Ini Sejarahnya !
- Advertisement -