SERANG – Bukan rahasia lagi bahwa ketersediaan listrik di Pulau Tunda, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, masih menjadi salah satu masalah utama. Hingga kini, masyarakat hanya bisa menikmati listrik di malam hari, mulai dari pukul 18.00 WIB hingga 06.00 WIB keesokan harinya.
Nana Suharna warga Pulau Tunda, menyebut listrik sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Pulau Tunda. Pasalnya, listrik menjadi sumber tenaga untuk segala perangkat elektronik warga.
Dia menjelaskan, saat ini pembangkit listrik di Pulau Tunda hanya ada dua, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Hanya saja, PLTD beroperasi selama 12 jam di malam hari.
“Untuk PLTD hanya beroperasi malam saja. Jadi kita menikmati listrik hanya selama 12 jam saja. Tidak sampai 24 jam,” keluh Nana, kepada reporter Sultan TV yang tengah bergabung dengan Tim Jelajah Pesisir Banten, Rabu (28/9/2022).
Sementara, PLTS di Pulau Tunda hanya mampu untuk mengaliri listrik warga selama 6 jam saja. Itu pun bergantian setiap harinya untuk seluruh rumah warga yang telah dibagi menjadi tiga sektor, yaitu sektor A, Sektor B, dan Sektor C.
PLTS berkapasitas 25 kWh itu merupakan bantuan dari pemerintah pusat (kementerian) pada tahun 2014. PLTS itu hanya berjalan pada siang hari.
Sebenarnya, Pulau Tunda memiliki dua PLTS. Hanya saja, PLTS kedua yang merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Banten, kini telah terbengkalai akibat kerusakan pada bagian baterai. Padahal, PLTS berkapasitas 50 kWh yang kini mangkrak itu akan mampu memenuhi kebutuhan listrik warga selama 24 jam jika beroperasi.
PLTS ini, diakui Nana, hanya sempat berjalan selama satu tahun sejak dioperasikan pertama kali pada tahun 2018. Namun hingga saat ini, belum ada perbaikan atau pemeliharan maupun penggantian komponen yang signifikan dari pemerintah provinsi, hingga tidak beroperasi sama sekali.
“Kami berharap, semoga PLTS (dari Pemprov Banten) ini bisa beroperasi lagi dan bisa membantu kebutuhan [listrik] masyarakat, baik siang maupun malam,” tandasnya.
Kenaikkan harga BBM Bersubsidi jenis Pertalite dan Solar pada 3 September 2022 juga memberikan dampak kepada warga Pulau Tunda.
Pasalnya, mesin diesel untuk PLTD menggunakan bahan bakar solar yang kini naik menjadi Rp6.800 per liter.Seiring kenaikan harga solar tersebut, tarif listrik yang harus dibayarkan masyarakat pun ikut naik sebesar Rp1.500 per rumah setiap hari.
Sebelumnya, masyarakat hanya membayar tarif listrik seharga Rp4.000—Rp6.000 per rumah setiap harinya kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai pengelola listrik di Pulau Tunda. (Nur)