Persiapan pengembangan Destinasi Geopark Ujung Kulon-Selat Sunda terus dilakukan oleh kementrian Pariwisata melalui berbagai kajian dan pembentukan kelembagaan yang akan mengelola secara langsung geopark kawasan Taman Nasional di ujung Pulau Jawa tersebut. Hal itu disampaikan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Geopark Kementrian Pariwisata RI, Yunus Kusumabrata pada kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan Destinasi Geopark Kawasan Ujung Kulon -Selat Sunda dan sekitarnya, di Kota Serang, Rabu (29/8/18).
Yunus menjelaskan, kawasan Ujung Kulon cukup potensial sebagai destinasi geopark baru di Indonesia dengan berbagai keragaman geologi, keragaman hayati, juga keragaman budaya masyarakat sekitarnya. Menurutnya, hal tersebut perlu dikelola secara terpadu sebagai bentuk perlindungan, pendidikan juga pengembangan berkelanjutan bagi kawasan yang sudah ditetapkan sebagai World Heritage oleh UNESCO itu.
“Pengembangan geopark ini dijadikan sebagai pemberdayaan masyarakat lokal peningkatan kesejahteraan rakyat melalui kegiatan kepariwisataan dan konservasi,” ungkapnya saat menjadi pembicara pada kegiatan tersebut.
Yunus menambahkan, tujuan geopark adalah green economic yakni kegiatan perekonomian yang mampu memberikan kesejahteraan yang berkeadilan bagi masyarakat serta menghilangkan dampak negatif terhadap kerusakan lingkungan. “Sosial ekonomi di lingkungan geopark juga perlu dipikirkan,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Kementrian Pariwisata sedang melakukan tahap pengumpulan data serta pembuatan rencana aksi untuk menunjang pengembangan kawasan geopark tersebut.
“Sekarang sedang menggodok rencana aksi, kemudian pembentukan kelembagaan, serta pengumpulan data yang sudah sekitar 30 persen,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Eneng Nurcahyati menyampaikan, pengembangan Geopark Ujung Kolon-Selat Sunda dan sekitarnya merupakan inisiasi yang sudah dirajut oleh Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Banten, serta menjadi bagian penting untuk pengembangan pariwisata di Banten. Untuk itu, lanjut Eneng, pihaknya akan turut serta memberikan dukungan secara maksimal dalam proses pengembangan Geopark tersebut.
“Pada prinsipnya Dispar Banten siap mendukung dan tentu akan disampaikan kepada pimpinan, paling tidak Banten memiliki dua geopark di tingkat nasional, bahkan bisa internasional,” ujarnya.
Melalui kegiatan tersebut, Eneng menghimbau kepada para peserta yang hadir agar mampu memberikan rekomendasi langkah apa yang bisa dikerjakan bersama. Menurutnya, banyak tahapan yang harus diikuti seperti identifikas hingga keterlibatan daerah lain.
“Tata ruang wilayah harus dijabarkan lebih lanjut, bagaiman rencana aksi kedepan, serta peran dari masing-masing pemerintah daerah harus dikawal sejak awal, sehingga proses penetapan geopark bisa cepat dan tepat,” paparnya.
Eneng berharap, dengan adanya geopark di Provinsi Banten akan berdampak baik terhadap kemajuan pariwisata, terutama tingkat kunjungan wisatawan ke Banten terus menunjukan peningkatan yang positif. “Belajar dari gepoark di dunia, maupun di Indonesia, terlihat sekali peningkatan kunjungan wisatawan secara signifikan. Kemudian edukasi, pembangunan berkelanjutan dan permberdayaan ekonomi lokal harus di maintain dengan baik, semoga mimpi itu terwujud,” jelasnya.
Kegiatan tersebut diisi oleh berbagi praktis dari berbagi bidang diantaranya Didi Kaspi Kasim, pakar fotografi dan komunikasi National Geographic Society, Reza Permadi dari Masyarakat Geowisata Indonesia, perwakilan Dinas ESDM Banten, Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Dinas Pariwisata Provinsi Kabupaten Pandeglang, serta stakeholder Pariwisata lainnya di Banten.[Dekur]