Pariwisata termasuk sektor yang sangat terhantam saat pandemi. Meskipun begitu, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Banten M. Agus Setiawan optimis setelah pandemi nanti pariwisata Banten akan kembali menggeliat. Menurutnya, ini saatnya para pelaku wisata untuk memperbaiki kualitas, agar saat setelah pandemi nanti menjadi masa panen dan tinggal memetik hasilnya.
Strategi Dispar Banten saat ini untuk membangkitkan pariwisata saat pandemi dan setelah pandemi nanti, menurut Agus, sudah diatur di RPJMD, Perda nomor 7.
“Yakni tentang peningkatan tata kelola, kualitas SDM, pengembangan destinasi, pengembangan pemasaran dan industri kreatif, serta kelembagaan. Strateginya sama seperti sebelum pandemi, tapi caranya beda. Kalau teknis pemasaran sebelumnya, biasa ada even-even seperti Tanjung Lesung, gebyar wisata Banten dan sebagainya, sekarang lewat media-media elektronik,” kata Agus saat hadir sebagai pembicara di Bincang Hari Ini Sultan Tv, Jumat (2/10/2020).
Agus optimis, pariwisata di Banten bisa bangkit kembali. Kebijakan yang sudah ada sangat mendukung. Gubernur Banten dan DPRD melalui ketetapan perda, serta kondisi alam, dan keberadaan Banten yang strategis menjadi beberapa faktor yang membuat optimis.
“Indonesia yang mendapat penghargaaan pelayanan terbaik wisata halal pun bisa menjadi peluang bagi Banten yang memiliki banyak wisata islami. Untuk meyakinkan ini, pelaku wisatanya terus memperbaiki diri menyambut masa panen. Antara lain dengan melakukan sertifikasi,” kata dia.
Agus menyebut, pada Januari dan Februari 2020 sebelum Covid-19 menyerang, tingkat kunjungan ke Banten bisa mencapai 4 juta. Andai saja tidak pandemi, Agus yakin, dengan asumsi tingkat rata-rata kunjungan 2 juta per bulan, hingga akhir 2020 bisa mencapai 24 juta. Angka ini melampaui tingkat kunjungan wisata pada 2019 yang berada di angka 19 juta.
Titus Indrajaya, Wakil Ketua DPD Asita (asosisasi perjalan wisata) Banten yang juga hadir sebagai pembicara pada acara ini menjelaskan, saat pandemi seperti ini para pelaku dan pengelola wisata Banten tidak tinggal diam. Antara lain meningkatkan kapasitas melalui pelatihan. Sejauh ini sudah 19 pelatihan melalui webinar yang dilakukan, menghadirkan pelaku tour and travel dari Pakistan dan Malaysia untuk bertukar pikiran dan berbagi kabar seputar pariwisata di daerah masing-masing.
“Ini juga jadi momen kami melakukan dengaan sertifikasi kompetensi tour leader, tour guide, dan sebagainya. Kita juga berbenah. Setelah kondisi ini, sudah siap untuk menjual paket wisata lain. Meskipun sektor wisata diprediksi bakal pulih 10-35 bulan setelah masa pandemi,” kata Titus.
Asita yang hadir di Indonesia pada 1971 dan saat ini berada di 33 provinsi di Indonesia, kata Titus, memiliki lebih dari 5 ribu biro perjalanan. Asita Banten yang berdiri sejak 2002 lalu dengan 148 anggota, meskipun saat ini merasakan sangat terdampak, namun tetap mendukung upaya pemerintah. Antara lain upaya Kemenparekraf yang mempersiapkan protokol kesehatan untuk wisata yang bertujuan menciptakan kepercayaan kembali kepada wisatawan dalam berwisata setelah masa pandemi.
Titus yakin, saat pandemi usai, destinasi wisata di berbaagai kabupaten kota di Banten sangat potensial dibuat paket wisata dan diminati wisatawan.
“Semuanya potensial. Karakter wisatawan beda-beda. Uniknya di situ. Semuanya menarik. Tinggal nanti biro perjalanan mengemasnya,” imbuh Titus.
Konsep CHSE (clean, health, safety, dan environment) yang dipopulerkan Kemenparekraf juga menjadi strategi jitu.
“Harapannya kebiasaan baru sudah dilakukan di sektor pariwisata agar wisatawan terutama mancanegara percaya,” tukasnya.
Ada dua hal yang disebut Titus untuk menjaadikan pariwisata lebih baik lagi. Yakni SDM pariwisata yang unggul diperkuat dengan pelatihan, mencakup pemandu wisata, pokdarwis (kelompok sadar wisata), pelaku homestay. Hal lainnya, persiapan stndarisasi di hotel dan restoran untuk memahami kebiasaan baru. “Satu dua tahun ke depan fokuskan dulu aja pada dua hal ini,” tutupnya. [sultantv]