JAKARTA – Fenomena alam unik kembali terjadi, Bumi dilaporkan berputar lebih cepat dan membuat waktu berjalan lebih cepat. Hal ini terjadi pada 26 dan 29 Juni 2022 dan menobatkannya menjadi hari terpendek di Bumi.
Menurut ilmuwan Leonid Zotov kepada CBC News, saat itu berjalan 1,59 milidetik kurang dari hari rata-rata, dikutip Kamis (4/8/2022). ilmuwan menggunakan jam atom untuk mengukur kecepatan rotasi Bumi ini.
Sebagai informasi satu hari normalnya berjalan 24 jam atau 86.400 detik. Namun dalam beberapa tahun terakhir, rotasi tersebut terjadi lebih cepat dan membuat satu hari menjadi lebih pendek.
“Sejak 2016 Bumi mulai berakselerasi. Tahun ini berputar lebih cepat dari tahun 2021 dan 2020,” kata Zotov.
Menurut ilmuwan, fenomena ini menjadi hal baru dalam serangkaian rekor kecepatan Bumi sejak 1960 dan 2020. Seperti diketahui, Bumi berputar atau berotasi sekali setiap 24 jam yang mengakibatkan adanya siang dan malam.
Namun dalam jangka waktu yang lama, putaran Bumi melambat. Setiap 100 tahun, Bumi membutuhkan beberapa milidetik atau lebih untuk menyelesaikan satu putaran, di mana 1 milidetik sama dengan 0,001 detik.
Dalam pola ini, kecepatan putaran Bumi berfluktuasi. Dari satu hari ke hari berikutnya, waktu yang dibutuhkan Bumi untuk menyelesaikan satu putaran naik atau turun sepersekian milidetik.
Dia dan rekan-rekannya mempercayai fluktuasi bisa disebabkan oleh pasang di Bumi. Astrofisikawan, Neil deGrasse Tyson, menjelaskan bahwa gravitasi Bulan membuat lautan menggelembung, ini yang menyebabkan fenomena pasang naik dan surut.
Di dalam lautan yang menggelembung ke arah Bulan, rotasi Bumi menyebabkan gesekan antara lempang benua dengan air di permukaan. Gesekan ini yang membuat rotasi Bumi makin lama makin melambat.
Lebih lanjut Zotov mengatakan tidak setiap waktu hari berubah menjadi lebih lanjut. Namun jika tren tersebut terus berlanjut, sudah seharusnya atomic time yakni cara universal waktu yang diukur Bumi harus berubah.
Beberapa ilmuwan memiliki usulan untuk memperkenalkan detik kabisat negatif. Ini berbeda dengan tahun kabisat yang menambahkan satu hari, yakni jam akan melewati satu detik.
“Karena kami tidak bisa mengubah panah jam yang menempel pada rotasi Bumi, kami menyesuaikan skala jam atom,” ujarnya. []