More

    Gara-Gara Dikecam, Israel Batal Deportasi Migran Afrika

    Rencana Israel mendeportasi imigran ilegal asal Afrika dibatalkan. Semula, rencana deportasi itu menargetkan sekitar 42 ribu imigran asal Eritrea dan Sudan yang menolak diberikan status pengungsi atau pencari suaka. Penasihat hukum pemerintah Israel melaporkan pembatalan itu kepada Mahkamah Agung, tak lama setelah sejumlah negara menolak menerima para imigran tersebut.
    “Pada tahap ini, kemungkinan menempatkan mereka [imigran] ke negara ketiga tidak lagi relevan,” kata penasihat hukum pemerintah Israel melalui pernyataan, Rabu (25/4).
    Dilansir AFP, para imigran dan relawan kemanusiaan menyebut pemerintah Israel sebelumnya telah bernegosiasi dengan Rwanda dan Uganda agar mau menerima para imigran tersebut. Namun, kedua negara itu menolak.
    Sedikitnya 200 imigran yang ditahan karena menolak mendinggalkan Israel akhirnya dibebaskan pada pertengahan April lalu. Pembebasan dilakukan karena pemerintah tidak mencapai kata sepakat soal relokasi para imigran itu ke negara ketiga.
    Sejak pertama kali mencuat, wacana deportasi itu telah memicu gelombang kritikan termasuk dari Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pejuang Holocaust, hingga sebagian warga Israel sendiri.
    Dalam kebijakan tersebut, Israel memberi kesempatan para imigran tersebut untuk keluar secara sukarela dan sejumlah uang sebesar US$3.500 atau setara Rp48 juta. Jika menolak, para imigran itu terancam dipenjara tanpa batas waktu hingga pengusiran secara paksa.
    Awal April lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel bersama PBB tengah menggodok kesepakatan baru yang memungkinkan memindahkan sekitar 16 ribu imigran itu ke negara-negara maju seperti Kanada, Jerman, atau Italia. Dalam kesepakatan itu Israel juga akan memberikan izin tinggal bagi sebagian imigran lainnya.
    Namun, tak lama dari situ Netanyahu malah membatalkan kesepakatan tersebut karena mendapat tekanan dari pendukung sayap kanannya. Sebagai gantinya, Netanyahu menginstruksikan Menteri Dalam Negeri Aryeh Deri untuk segera membuka kembali pusat detensi imigrasi di selatan Israel yang sempat ditutup pada Februari lalu.
    Gelombang imigran Afrika sebagian besar tiba di Israel setelah tahun 2007. Sebagian besar datang melalui Semenanjung Sinai Mesir. Sebagian besar imigran menetap di lingkungan kumuh di pinggiran Ibu Kota Tel Aviv.[]

    Artikel Terkait

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini

    Stay Connected

    0FansSuka
    16,400PengikutMengikuti
    44,800PelangganBerlangganan
    - Advertisement -

    Artikel Terbaru