Saat ini warna pink selalu dikaitkan dengan perempuan, sedangkan warna biru untuk laki-laki. Padahal di abad ke-19 sampai awal abad ke-20, pengelompokan warna gender terjadi sebaliknya. Pada saat itu justru warna pink identik dengan laki-laki, sedangkan warna biru diperuntukkan untuk perempuan. Ini awal mula pergeseran gender atas warna pink dan biru menurut sejarah.
Melalui artikel jurnal Ladies Home di tahun 1890 menyebut bahwa warna pink dipandang sebagai versi lembut dari merah yang melambangkan kekuatan dan keberanian. Sehingga lebih cocok untuk laki-laki karena memiliki kesan maskulin, tegas dan kuat. Sedangkan warna biru lebih cocok untuk perempuan karena karakternya lebih tenang dan lembut.
Perubahan mulai terjadi di awal abad ke-20 dengan kemunculan industri tekstil massal dan perkembangan teknik pemasaran. Warna mulai dikelompokkan untuk produk bayi dan anak. Meskipun pengelompokkan warna dengan gender ini mulai terbentuk, namun belum sepenuhnya konsisten karena masih sering menimbulkan perdebatan.
Hubungan warna pink dengan perempuan mulai dominan disuarakan di Barat pada pertengahan abad ke-20. Dipengaruhi stereotip gender oleh kampanye dan media populer. Produk anak perempuan seperti mainan dan pakaian mulai dirancang dengan warna pink sebagai simbol feminitas. Warna biru juga dijadikan simbol maskulinitas, didukung oleh budaya, iklan, dan film yang menekankan asosiasi gender dengan warna tertentu. Mulai saat itu, lebih banyak perempuan yang memakai produk dengan warna pink dibandingkan laki-laki.
Terjadilah pembagian warna yang khas untuk perempuan dan laki-laki. Teori dari Greyser menyatakan warna biru yang lebih gelap dari pink dijadikan simbol maskulinitas berkaitan dengan seragam militer. Adanya norma-norma tradisional yang hidup di masyarakat seperti perempuan harus bersikap lembut dan manis juga memengaruhi perkembangan pengelompokan gender dan warna. Pengelompokan warna biru untuk laki-laki dan pink untuk perempuan menguat dengan banyaknya pakaian, mainan, dan produk tertentu yang eksklusif dan menjadi pembeda khas antara laki-laki dan perempuan.
Pandangan di zaman modern mengenai pengelompokan warna dengan gender kini mulai bergeser ke arah netral. Meskipun masih ada yang mempermasalahkan laki-laki memakai baju warna pink karena dianggap tidak maskulin. Adanya gerakan feminisme, kritik stereotip gender, dan meningkatnya kesadaran inklusivitas membuat warna mulai dianggap sebagai kebebasan berekspresi individu yang tidak terpaku gender tertentu.[Radika Dzikru Bungapadi]