Para ilmuwan berencana merekonstruksi wajah wanita yang dibunuh pada abad ke-18 karena dituduh sebagai “vampir” dan dikubur sesuai dengan ritual vampir. Dengan membuat model 3D dari kerangka perempuan tersebut, sekelompok peneliti di Polandia berharap dapat menunjukkan bagaimana rupanya sebelum ia meninggal di akhir 1700-an.
Kerangka wanita yang dituduh sebagai penyihir tersebut, ditemukan oleh para arkeolog pada 2014 di Kamien Pomorksi, Polandia. Saat itu, peneliti yakin itu adalah tubuh pria yang disebut-sebut sebagai vampir Kamien. Ada sepotong batu bata yang ditempatkan di mulut kerangka tersebut.
Praktik pengubutan ‘antivampir’ abad pertengahan dan pascaabad pertengahan telah ditemukan di beberapa wilayah Eropa. Termasuk Polandia, Bulgaria, dan Italia. Cara penguburan tersebut diduga dilakukan sebagai upaya pencegahan agar ‘sang vampir’ tidak bangkit dari kubur.
Selain menempatkan batu bata di dalam mulut, teknik penguburan lainnya adalah dengan menempatkan arit di leher mayat vampir. Dengan begitu, arit akan langsung memotong leher mereka jika berusaha kabur. Ada juga praktik penguburan antivampir yang membebani tubuh mereka dengan batu.
Ketika para ilmuwan dari Pomeranian Medical University melakukan analisis genetika dan forensik kerangka, ternyata itu bukan milik pria, melainkan seorang wanita yang setidaknya berusia 65 tahun ketika meninggal. Tingginya sekitar 5 kaki, memiliki rambut pirang dan mata biru.
Science in Poland (PAP), sebuah situs yang dikelola Ministry of Science and Higher Education Polandia, melaporkan, luka-luka di tubuhnya sudah ada saat dia masih hidup dan kemungkinan meninggal karena itu. Pembunuhnya diyakini telah menempatkan batu bata di mulut wanita tersebut untuk “melindungi” dari sihir hitamnya–bahkan setelah ia mati.
Kini, tim peneliti berencana menggunakan pemodelan 3D dari tulang kerangka untuk merekonstruksi wajahnya. “Ada banyak minat untuk menelitinya,” ujar Andrzej Ossowski, kepala Forensic Genetics Unit di Pomeranian Medical University. Mereka berencana mengungkap wajah wanita ini dalam beberapa bulan mendatang.
“Kami ingin menunjukkan bahwa dengan bantuan modern, kami dapat merekonstruksi kembali wajah kerangka dengan model 3D,” papar Ossowski.
“Saya pikir di masa depan, kita seharusnya tidak menampilkan kerangka manusia di museum. Kita sudah memiliki teknologi untuk menggantinya dengan model rekonstruksi,” pungkasnya.[]