Dikenal dengan topi bowler dan rok lebarnya, suku Aymara di Bolivia ingin orang-orang melihat mereka lebih dari sekadar produk budaya dan cerita rakyat.
Para pengunjung biasa di Bolivia mungkin menganggap mereka tahu siapa suku Aymara. Wanita dengan rok lebar, syal bersulam yang terlampir di bahu, serta topi bowler yang bertengger di kepala. Mungkin, para turis juga telah melihat cholita, pegulat wanita yang kerap bertarung dengan sesamanya (atau bahkan laki-laki).

Aymara merupakan satu dari kelompok masyarakat adat terbesar di Bolivia. Namun sayangnya, mereka hidup dalam diskriminasi.
“Mereka sering dilihat hanya sebagai penampil,” kata Manuel Seoane, fotografer asal Bolivia.
Dua tahun lalu, Seoane, mulai berbicara dengan mahasiswa di El Alto, tentang apa rasanya menjadi bagian dari suku Aymara.
“Yang dikatakannya adalah: Aymara hanya dianggap sebagai bagian dari cerita rakyat. Padahal, mereka juga manusia biasa,” ungkap Seoane.


Manuel SeoaneMaribel Casilla dan Maritza Ticona, mahasiswi (Kiri). Oscar Medina, tentara (Kanan).
Aymara merupakan satu dari kelompok masyarakat adat terbesar di Bolivia. Namun sayangnya, mereka hidup dalam diskriminasi.
“Mereka sering dilihat hanya sebagai penampil,” kata Manuel Seoane, fotografer asal Bolivia.

Manuel SeoaneGenaro Huarina, pandai besi (Kiri). Abel Chambi, murid sekolah (Kanan).
Dua tahun lalu, Seoane, mulai berbicara dengan mahasiswa di El Alto, tentang apa rasanya menjadi bagian dari suku Aymara.
“Yang dikatakannya adalah: Aymara hanya dianggap sebagai bagian dari cerita rakyat. Padahal, mereka juga manusia biasa,” ungkap Seoane.

Manuel SeoaneWilson Chuqui, pekerja klub (Kiri). Hilda Mayta, koki dan ibu rumah tangga (Kanan).[]