Gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas di Palestina diwarnai aksi saling klaim oleh kedua kubu. Seorang pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya, dalam pidatonya di Jalur Gaza mengatakan kesepakatan gencatan senjata adalah wujud kemenangan mereka dalam perlawanan terhadap Israel.
Dilansir Associated Press, Jumat (21/5), Al-Hayya menyebut Israel gagal menghancurkan infrastruktur tempur Hamas. Dia menyatakan para milisi Hamas saat ini masih siaga di sejumlah terowongan.
Tak ayal kesepakatan itu disambut para penduduk jalur Gaza dengan kegembiraan. Mereka turun ke jalan dengan bersorak dan memekikkan takbir, setelah sebelas hari diliputi rasa takut.
Sedangkan Israel dalam pernyataannya mengatakan kampanye udara mereka telah membuat pencapaian signifikan dan beberapa di antaranya belum pernah terjadi di Gaza, wilayah yang diblokade Israel sejak 2007 atau sejak dipimpin Hamas.
“Para pimpinan politik menekankan bahwa kenyataan di lapangan yang akan menentukan masa depan operasi tersebut,” lanjut pemerintah Israel.
Pernyataan yang dikeluarkan kabinet Israel sebelumnya menyebutkan bahwa gencatan senjata itu diusulkan oleh Mesir dan akan berlaku secara “mutual dan tanpa syarat”.
Kabar ihwal kesepakatan gencatan senjata mengemuka sehari setelah Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyerukan, “penurunan yang signifikan”, atas konflik di Jalur Gaza ke Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Desakan Biden itu terjadi di tengah tawaran mediasi oleh Mesir, Qatar, dan PBB.
Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sebelumnya menghadiri pertemuan dengan para pejabat tinggi keamanan menjanjikan akan mencapai tujuan kampanye militer yakni pemulihan ketenangan dan keamanan bagi warga Israel.[]