Museum Liem Heritage yang berada di Jalan Erlangga, Desa Sumberjo, Rembang merupakan museum kebudayaan Jawa-Tionghoa peninggalan keluarga Kapitan Liem.
Pelestari budaya, Udaya Halim, merestorasi rumah peninggalan yang terabaikan selama hampir 200 tahun. Mengembalikannya ke masa-masa di mana rumah tersebut menjadi kebanggaan masyarakat.
Bangunan yang direstorasi tersebut dijadikan museum sejarah perjuangan dan persaudaraan Jawa-Tionghoa saat penjajahan VOC. Dikutip dari Udaya Halim, rumah itu dibangun oleh orang-orang Jawa, namun budaya dan segi arsitekturnya bercampur Tionghoa. Sehingga kekayaan budayanya sangat kental terasa.
Museum Liem Heritage merupakan salah satu bangunan yang menyimpan saksi perjuangan masyarakat Indonesia tak peduli etnisnya. Dalam museum disuguhkan foto-foto tokoh etnis Tionghoa-Jawa yang berjasa memperjuangkan kemerdekaan pada tahun 1740 hingga 1743.
Rumah yang dijadikan sebagai museum itu adalah saksi pertempuran etnis Tionghoa-Jawa melawan VOC. Pembantaian masyarakat Tionghoa terjadi di Batavia pada tahun 1740, memicu perlawanan di Jawa Tengah. Sehingga masyarakat Jawa dan Tionghoa bersatu melawan penjajah. Persatuan kekuatan dalam pertempuran ini dinamakan sebagai Perang Kuning atau Geel Oorlog. Gambaran sengitnya pertempuran itu juga terpajang di dinding museum.
Rumah Liem Heritage ini dibangun dan direstorasi dengan menyatukan berbagai pikiran mulai dari 8 sampai 9 guru besar arsitektur dan sejarawan yang memiliki visi membangkitkan kekuatan sejarah dan kebudayaan yang bermanfaat untuk masyarakat luas.
Restorasi rumah Liem atau Museum Liem Heritage dilakukan bersama Udaya Halim, sosok pelestari budaya yang berharap bangunan ini bisa menjadi museum bersejarah sebagai destinasi wisata edukasi di Rembang.
Museum Liem Heritage pun mendapatkan apresiasi dari sejarawan Oxford, Prof. Dr. Peter Carey yang mengatakan bahwa museum ini merupakan pundi-pundi dari budaya. Budaya harus dilestarikan sebagai DNA bangsa yang khas.
[Radika Dzikru Bungapadi]