Persaudaraan Peranakan Tionghoa Warga Indonesia (PERTIWI) menggelar webinar kebangsaan dalam rangka menyambut Peringatan HUT ke-76 RI bertajuk, “Jalan Terjal Menjadi Indonesia – Jauh di Mata, Dekat di Hati”, pada Minggu (15/8).
Dalam webinar itu, Agustinus Wibowo, Penulis dan Fotografer yang pernah tinggal selama tiga tahun di Afghanistan, turut hadir sebagai pembicara.
Pada kesempatan itu, Agustinus benyak bercerita tentang pengalamannya menempuh pendidikan S-1 di Universitas Tsinghua, Kota Beijing, Tiongkok, negara yang sempat dia anggap sebagai tanah air.
“Bayangannya waktu itu, kita bisa pulang ke negeri yang di mana kita tidak perlu lagi takut sebagai minoritas, tidak perlu lagi takut karna warna kulit atau bentuk mata. Kita bisa menjadi seperti ikan yang berenang di samudera,” kata Agustinus.
Namun, Agustinus menceritakan, sesampainya di Tiongkok, ia diperlakukan sebagai orang asing, tidak seperti orang Tiongkok, meskipun hasil DNA dirinya mengatakan 100% Tiongkok.
Dari kejadian itu, Agustinus mengalami konflik identitas di dalam dirinya. Di mana, di Indonesia ia diperlakukan sebagai orang asing, begitupun di Tiongkok ia selalu diperlakukan sebagai orang asing.
“Lalu di mana sebenarnya bangsa saya yang sesungguhnya? Di mana saya bisa mengatakan tanah air saya yang sesungguhnya? Dan apa itu sesungguhnya tanah air?” Ungkap Agustinus.
Hal itu lah yang membuat Agustinus memutuskan untuk melakukan perjalanan melintasi banyak negara, salah satunya Afghanistan, yang mengubah cara pandang dirinya.
“Tanah air itu, tidak peduli seperti apapun, akan senantiasa manis di hatimu. Tamir (daerah di Afghanistan) mungkin bukan tempat yang layak untuk ditinggali manusia, tapi buat kami yang tinggal di sini; setiap lekuk gunung, setiap helai rumput, itu berkesan di hati,” tuturnya, mengulangi perkataan warga Tamir yang ditemui dirinya.
Kata-kata itu, selalu membuat ia teringat akan makna ‘akar’ yang sesungguhnya pada diri seseorang. Perjalananya selama belasan tahun di luar negeri membuat dirinya akhirnnya menemukan arti dari identitas kebangsaan.
Selain Agustinus Wibowo, pada webinar kebangsaan itu pun turut mengundang Prof. Peter Carey sebagai pembicara utama lainnya, Presiden Persaudaraan PERTIWI Udaya Halim sebagai moderator, serta lima kontributor dari lima kota dari penjuru dunia.