SERANG – Alat untuk mendeteksi tsunami atau Early Warning System (EWS) di Provinsi Banten masih kurang mencukupi. Padahal, garis pantai Provinsi Banten cukup panjang dan berpotensi terkena bencana tsunami. Setidaknya dibutuhkan 20 EWS untuk dapat mengcover semua garis pantai di Provinsi Banten.
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten Nana Supiyana mengatakan alat pendeteksi dini tsunami milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Provinsi Banten hanya ada tiga.
“Saat ini hanya ada tiga yang milik BMKG saja, sedangkan sepanjang pantai dari Cilegon sampai ke Bayah, Kabupaten Lebak belum ada, dan ini tentunya bahaya,” katanya usai membuka kegiatan Kajian EWS Bencana Tsunami ke-I tahun 2023, di kantornya, Selasa (23/5). Kegiatan tersebut diikuti oleh BMKG, dan BPBD kabupaten/kota yang ada di Provinsi Banten.
Kata dia, pihaknya akan melakukan pengkajian mengenai pengadaan alat pendeteksi tsunami untuk wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami seperti wilayah Tangerang, termasuk Kota Serang.
“Nanti kita pertimbangan hal itu termasuk juga Pantai Utara mungkin termasuk di Kota Serang, dan juga di pantai Kabupaten Tangerang,” ujarnya.
Lanjutnya, pihaknya melakukan pengkajian kebutuhan alat pendeteksi tsunami beserta spesifikasi dan menyesuaikan dengan anggaran Pemprov Banten. Kajian tersebut dilakukan pihaknya bersama BMKG dan BPBD kabupaten/kota.
Selain itu, pihaknya juga melakukan pengkajian terkait penerapan alat pendeteksi tsunami dan titik penyebarannya.
“Untuk itu kita perlu melakukan kajian atau diskusi, terkait dengan rencana penerapan alat ini yang akan kita sebarkan, atau kita tempatkan nanti di beberapa titik,” tuturnya.
Lanjutnya, hasil dari kajian pengadaan alat tersebut nantinya akan diajukan ke Pemprov Banten. Kata dia, jika pengkajian telah selesai maka pengajuan akan dilakukan pada APBD Perubahan 2023.
“Kalau ini selesai kita kaji ini ya paling tidak di perubahan anggaran sudah kita bisa ajukan, kalau tidak bisa ya tahun depan,” tuturnya.
Ia juga menjelaskan bahwa alat pendeteksi tsunami itu sangat dibutuhkan sebagai alat mitigasi atau mengurangi risiko bencana. Sehingga masyarakat yang ada di sekitar pantai bisa mendapatkan informasi dan dapat melakukan evakuasi.
“Bagaimana meminimalisir, kalau terjadi tsunami itu nah ini alat sudah bisa mendeteksi. Kemudian bisa menjadi warning bagi masyarakat terutama di pesisir pantai yang berpotensi tsunami,” katanya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Tangerang Suwardi mengatakan untuk saat ini pihaknya baru memiliki lima alat deteksi dini bencana. Kata dia, dengan alat yang ada saat ini masih kurang untuk mitigasi bencana gempa bumi yang dapat memicu tsunami.
“Pesisir pantai yang terpasang sebagian sirine baru sebagian pantai barat, sementara Selatan belum ada sama sekali, karena dua lokasi itu rawan bencana gempa bumi yang bisa menimbulkan tsunami,” katanya.
Ia juga mengatakan setidaknya dibutuhkan 20 alat pendeteksi dini semua garis pantai di Provinsi Banten. Oleh karena itu, pihaknya berharap kebutuhan alat tersebut dapat segera terpenuhi.
“Kalau idealnya setiap kecamatan di pesisir pantai ada semua, terutama yang rentan tsunami itu kita petakan berapanya semakin banyak semakin baik, masyarakat yang terlayani informasi dengan baik,” pungkasnya.[Fik]