SERANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten menggelar kegiatan penyusunan rencana kontinjensi bencana kegagalan teknologi di aula BPBD Banten, Selasa (10/9).
Kepala Pelaksana BPBD Banten, Nana Suryana mengatakan bahwa penyusunan rencana kontijensi untuk potensi bencana yang disebabkan oleh kegagalan teknologi masih dalam tahap awal.
Nana mengatakan bahwa kesempatan pertama ini dapat menjadi contoh dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin. Rencana tersebut mencakup pemetaan yang mendetail mengenai siapa yang akan bertindak dan apa yang harus dilakukan, termasuk kapasitas sumber daya, sarana, dan prasarana yang diperlukan jika terjadi bencana.
“Penyusunan belum banyak dilakukan, diharapkan kesempatan pertama menjadi contoh dan dilaksanakan sebaik mungkin, rencana kontijensi potensi bencana yang diakibatkan oleh kegagalan teknologi,” katanya.
“Kontijensi itu sederhana, jika terjadi suatu bencana kita sudah lakukan pemetaan siapa dan berbuat apa, dengan kapasitas sumber daya, sarana dan prasarana dan semua yang dibutuhkan bila terjadi bencana,”sambungnya.
Nana menekankan bahwa fokus utama adalah pada industri kimia yang memiliki potensi risiko kegagalan teknologi dengan dampak luas pada masyarakat.
Pembahasan mencakup penyebab kegagalan teknologi, baik yang disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi atau tsunami, maupun oleh kesalahan manusia, seperti yang terjadi pada kasus di Geulumpang akibat kemarau panjang dan petir.
Nana juga menambahkan bahwa dokumen tahapan kedua dari penyusunan kontijensi akan melibatkan berbagai pihak, termasuk TNI, Polri, instansi vertikal lain, BPBD, BNPB, dan para ahli. Fokusnya adalah pada alat pendeteksi jenis kimia dan alat proteksi diri yang disesuaikan dengan bahan yang ada.
“Dalam penyusunan dokumen tahapan kedua, kita gali potensi, TNI polri instansi vertikal lain dan BPBD dan BNPB, kita libatkan para ahli juga,” katanya.
“Alat pendeteksi jenis kimia dan alat proteksi diri sesuai bahan yang disesuaikan,” sambungnya.
Selanjutnya, simulasi uji dokumen akan dilakukan untuk memastikan bahwa rencana tersebut sesuai dengan kondisi di lapangan. Jika terdapat kekurangan, akan dilakukan perbaikan yang diperlukan.
“Nanti ada simulasi uji dokumen sebelum selesai, artinya yang akan dituangkan sesuai tidak di lapangan, kalau tidak bisa dilakukan perbaikan,” katanya.
Nana juga menekankan bahwa industri kimia tidak hanya berada di Cilegon, tetapi juga di Tangerang, sehingga analisa kebutuhan dan ketersediaan harus diperhatikan secara menyeluruh.
Dengan memprioritaskan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), BPBD Provinsi Banten berkomitmen untuk melakukan mitigasi yang tepat dan efektif bila terjadi insiden terkait kegagalan teknologi.
“Secara khusus aspek K3 sudah disiapkan, ini yang kita lakukan bila berdampak dan kita harus lakukan mitigasi, bila terjadi insiden,” pungkasnya.