Seperti diberitakan sebelumnya, film Balada Si Roy yang diadaptasi dari novel legendaris karya Golagong berjudul Balada Si Roy memasuki tahap produksi. Film arahan Fajar Nugros yang rencananya ditayangkan pada 2021 ini apakah akan menghadirkan puisi-puisi seperti pada novelnya? Toto St Radik sang penyair yang menulis puisi di buku-buku Balada Si Roy buka suara.
Puisi dalam perfilman di Indonesia bukan hal baru. Pun pada film bergenre remaja. Sebut saja Ada Apa dengan Cinta 1 dan 2. Bahkan puisi-puisi yang dibawakan tokoh Cinta (Dian Sastro) dan Rangga (Nicholas Saputra) menjadi booming dan diterima dengan baik kalangan remaja.
Perihal puisi-puisi di film Balada Si Roy ini, masih menjadi rahasia. Dan menjadi salah satu hal yang membuat penasaran masyarakat untuk menyaksikan film ini tahun depan.
“Masih belum tahu Mas Fajar (sutradara film Balada Si Roy-red) dan timnya apakah akan menggunakan puisi atau tidak. Kalau di buku Balada Si Roy berjudul Joe belum ada puisi. Masih diisi quote-quote dari tokoh dunia,” terang Toto ST Radik, penyair asal Serang, Banten, seusai menjadi narasumber program Bincang Hari Ini Sultan TV, Rabu (23/12/2020).
Membahas proses kreatif penciptaan puisi pada novel Balada Si Roy, Toto menilai cukup unik. Memadupadankan puisi dan prosa dalam novel ini, ada beberapa cara yang berbeda.
“Ada yang puisinya sudah jadi lebih dulu dan dimuat di surat kabar, lalu diambil untuk cerita. Ada juga yang ceritanya sudah ada, jadi kemudian puisinya baru dibuat kemudian. Ada yang puisinya sudah jadi duluan dan dipilih-pilih mana yang cocok. Jadi, tidak terpaku pada satu jurus, yang penting puisinya mewakili isi dalam cerita,” papar Toto.
Menurut Toto, ada juga cerita dan puisinya belum jadi. Pada proses ini Toto selaku pencipta puisi dan Golagong selaku penulis novel, berdiskusi.
“Tidak ada paksaan dan pesanan. Semuanya didiskusikan. Ada juga yang berikirim tulisan melalui kartu pos, saat itu Golagong sedang di Bangkok,” imbuhnya.
Tema-tema puisi dalam novel Balada Si Roy, tidak dominan romantis, humanis, dan lain-lain.
“Gabungan semuanya. Idealis anak remaja Banten yang diwakili Si Roy. Walaupun Roy ini pendatang dari luar tapi ada darah Banten dari ibunya. Banyak hal yang ingin disampaikan. Jalinan kisah cinta romansa. Tapi sesungguhnya ingin menyampaikan laki-laki dengan karakter Roy harus kuat, berani, agak bandel, tidak formalistik, lurus. Ini masih diperjuangkan di dunia literasi karena kreativitas itu penting,” papar Toto lagi.
Saat ini Golagong sedang membuat prequel Balada Si Roy. Rencananya akan dibuat 15 episode. Pada 10 episode diberikan kesempatan kepada publik yakni pembaca Balada Si Roy yang dijuluki Sahabat Si Roy untuk ikut menuliskan puisi-puisi pembuka pada novel prequel ini.
“Lima episodenya saya, Hasan Aspahani, dan penulis lain diberikan kesempatan untuk mengisi puisi. Sepuluh episodenya diserahkan pada Sahabat Si Roy,” tukas Toto.
Mengomentari keberadaan puisi di era digital dan kalangan milenial, Toto menjawab, sekarang ini puisi justru lebih hidup dan memasyarakat di kalangan anak-anak sekarang.
“Karena saking banyaknya, jadi seperti biasa. Anehnya, kalau ada yang menulis buku puisi dan terbit, kenapa gak dibeli? Padahal puisi populer di media sosial. Sejak dulu memang peminat buku-buku puisi bisa dibilang tidak terlalu banyak. Kecuali buku puisi tertentu dari penulis mapan dan populer atau selebritis,” kata Toto.
Pada era sekarang, Toto bilang, masih banyak orang yang menulis puisi dan berbondong-bondong menulis. Di kalangan komunitas penulis, anak-anak muda usia 20-an masih antusias belajar dan menulis puisi. (sultantv-01)