More
    BerandaBERITASejarah dan Tata Cara Konklaf, Pemilihan Paus yang Sakral dan Rahasia

    Sejarah dan Tata Cara Konklaf, Pemilihan Paus yang Sakral dan Rahasia

    Tradisi konklaf untuk memilih Paus baru usai meninggalnya Paus Fransiskus akan digelar di Kapel Sistina, Vatikan, mulai Rabu, 7 Mei 2025. Vatikan telah mulai mempersiapkan konklaf dengan pemasangan cerobong asap khusus konklaf.

    Konklaf merupakan pertemuan tertutup yang diadakan para kardinal Gereja Katolik seluruh dunia untuk memilih Paus baru. Kata “konklaf” sendiri berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti “terkunci bersama”, di mana menggambarkan suasana saat para kardinal dikunci secara fisik di dalam ruangan sehingga pemilihan Paus berjalan secara rahasia dan bebas dari pengaruh apapun.

    Bukan sekadar tradisi, konklaf punya sejarah sejak abad ke-13. Pada tahun 1268 setelah wafatnya paus Klemens IV, para kardinal selama tiga tahun mengalami kebuntuan dalam memilih pemimpin baru. Hal tersebut menimbulkan keresahan warga dan otoritas setempat di Viterbo, Italia.

    Agar cepat mendapat pengganti, warga mengunci para kardinal di suatu ruangan, bahkan membatasi makanan dan fasilitas mereka untuk memaksa para kardinal mencapai kesepakatan.

    Di tahun 1274, Paus Gregorius X resmi menetapkan aturan resmi mengenai proses konklaf, termasuk melarang berkomunikasi eksternal dan pembatasan fasilitas jika pemilihan berlangsung terlalu lama. Mulai dari situ juga proses konklaf terus mengalami penyempurnaan, termasuk batas usia kardinal dan keamanan sistem pemungutan suara.

    Saat jabatan Paus kosong karena mengundurkan diri atau meninggal, proses konklaf akan dimulai untuk mengisi kekosongan tersebut. Para kardinal di seluruh dunia yang berhak ikut dan memilih Paus yaitu mereka yang usianya di bawah 80 tahun. Mereka dikumpulkan di Kapel Sistina di Vatikan dan terpisah dari dunia luar selama masa pemilihan berlangsung. Dalam prosesnya, para kardinal melakukan pemungutan suara secara rahasia.

    Para kardinal yang mengikuti juga harus mendedikasikan diri untuk berdoa, meditasi, dan pertobatan agar diri siap dengan baik dalam pemilihan Paus. Para kardinal juga diharuskan berpuasa sebagai bentuk persiapan rohani dan refleksi.

    Setiap kardinal akan menuliskan calon Paus pilihannya di surat suara. Untuk menjadi Paus, calon Paus harus mendapatkan mayoritas dua pertiga dari seluruh pemilih yang hadir. Namun jika tidak memenuhi syarat, pemungutan suara akan dilakukan lagi beberapa kali dalam sehari sampai muncul kesepakatan.

    Tanda hasil pemungutan suara biasanya akan terlihat dari asap yang keluar dari cerobong kapel Sistina. Jika yang keluar asap hitam, berarti belum ada keputusan. Jika yang keluar asap putih, berarti Paus telah terpilih. Prosesi ini sangat sakral dan melibatkan keputusan Tuhan bersamanya.

    Setelah Paus terpilih bersedia menerima jabatan tersebut, Paus tersebut akan muncul di balkon Basilika Santo Petrus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik seluruh dunia dan memberikan berkat pertamanya.

    [Radika Dzikru Bungapadi]

    TINGGALKAN KOMENTAR

    Silakan masukkan komentar anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini

    - Advertisment -

    Most Popular