Nilai tukar rupiah semakin melemah. Berdasarkan data reuters pada Selasa (4/9) siang, Mata Uang Garuda bergerak ke level Rp14.920 per dolar AS atau melemah 105 poin atau 0,70 persen dari nilai tukar kemarin sore, Senin (3/9) yang berada di level Rp14.815 per dolar AS.
Berdasarkan perhitungan kalender, rupiah telah terkapar hingga 10,23Â persen atau 1.385 poin dari posisi 1 Januari 2018 yang hanya Rp13.535 per dolar AS.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai pergerakan rupiah saat ini masih lebih baik dibandingkan nilai tukar mata uang negara berkembang lain, seperti India yang melebihi 10 persen, Brasil hingga level 20 persen, bahkan Turki, dan Argentina mencapai lebih dari 40 persen. Namun, ia mengakui kurs rupiah memang terlihat lebih lesu dibandingkan mata uang negara-negara di Asia Tenggara.
“Sentimennya negatif karena faktor eksternal, ekonomi global dan nilai tukar nilai tukar mata uang itu pengaruh ke nilai tukar emerging market (negara berkembang), termasuk Indonesia,” tutur Josua seperti dilansir cnnindonesia.com.
Menurut dia, sebagian besar pasar keuangan negara berkembang di Asia Tenggara terkoreksi. Indonesia mengalami koreksi yang lebih dalam karena defisit transaksi berjalan yang melebar akibat aktivitas ekonomi yang tinggi.
“Defisit transaksi berjalan bukan karena keinginan, tapi memang aktivitas ekonomi meningkat. Struktur industri di Indonesia saat ini membuat impor tinggi,” jelasnya.
Kendati demikian, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah menerapkan bantalan ekonomi berupa beberapa kebijakan yang bisa dilakukan dalam jangka pendek.
Beberapa di antaranya, kebijakan devisa hasil ekspor, pengetatan sistem transaksi valuta asing dengan menindak tegas para spekulan, penerbitkan kebijakan campuran biodiesel dan solar.
Tak hanya itu, ada pula penghentian sementara permohonan proyek infrastruktur dengan bahan impor yang tinggi, pelaksanaan kebijakan tingkat kandungan dalam negeri di industri riil, dan menggencarkan sektor pariwisata demi menarik devisa. Ke depan, BI diharapkan tetap berada di pasar untuk menahan depresiasi nilai tukar rupiah agar tak semakin liar.
“Saya cukup yakin bantalan ekonomi bisa efektif untuk menahan capital outflow (aliran modal keluar),” tegasnya.[]
Rupiah Melemah, Tembus Rp14.920 per Dolar AS
- Advertisement -