Tepat di hari kemerdekaan Indonesia ke-76 pada 17 Agustus 2021, Iwan Fals merilis single terbarunya “Merah Putih”, single kedua dari album penuh terbaru yang sedang dipersiapkannya.
Seperti judulnya yang lantang, single ini tentang merayakan Indonesia hari ini yang penuh dengan dinamika yang bergulir dengan cepat.
“Indonesia, ya, Indonesia; Merah Putih, Pancasila, NKRI dengan segala macam sejarahnya, baik yang modern atau masa lalu,” jelas Iwan Fals.
Indonesia yang terus hidup, dipotret dalam bingkai harapan. “Indonesia terus bergerak, terus berproses. Ibaratnya, jadi proses gabungan dari melodi dan syair kalau dalam konteks musik,” lanjutnya.
Single “Merah Putih” menampilkan bunyi-bunyi andalan Iwan Fals, sesuatu yang sangat diakrabi oleh pendengarnya, seperti vokal yang penuh usaha menukik tajam ke nada-nada tinggi, suara harmonika khas yang jadi kuncian di beberapa hits legendarisnya, dan larik-larik kontemplatif yang sarat makna.
Selain itu, ada satu hal penting lain yang menjadi kebaruan di single “Merah Putih”, yaitu untuk pertama kalinya Iwan Fals merekam karyanya dengan instrumen utama piano.
“Sebenarnya piano sudah ada sejak dulu, tapi paling di konser-konser, bukan di rekaman. Pernah main sama Iwang Noorsaid, Bagus AA. Kalau langsung rekam, ya baru ini,” tutur Iwan.
Single “Merah Putih” direkam secara live, hanya melibatkan pemain piano Otta Tarega dan Iwan Fals sendiri. Metronom dikesampingkan. Supaya komunikasi melaju dengan lancar.
Pendekatan teknis ini diambil Iwan Fals sebagai kompromi untuk mengejar karya yang baik dari segi kualitas. Ide ini datang dari duet produser Rambu Cikal dan Lafa Pratomo.
“Karena kami hanya berdua, jadi lebih lebar, lebih banyak bisa berbuat. Banyak yang kosong frekuensinya, bisa saling isi. Kita lebih bebas berkomunikasi, lebih merdeka,” lanjutnya.
Bercerita tentang Indonesia, jelas bukan aktivitas yang asing untuk Iwan Fals. Ia merekam zaman, merekam perjalanan yang terus bergerak ke masa depan. Seperti itu pun, lirik “Merah Putih” berkisah untuk kita semua.
Dengan segala dinamikanya, lewat lagu ini, ia mengajak kita semua untuk bersikap.
“Ayo, deh, kita harmonis, jangan saling ganggu. Sadar bahwa kita semua ditunggu kematian. Tapi, jangan nyerah. Kita gembira aja menunggu itu datang sambil terus produktif. Karena kita punya generasi berikutnya. Kita jelasin, ‘Eh, jangan jadi pengecut. Elo gagah, kita bisa hadapin semuanya.’ Dan hidup itu kayak ngelempar gelas ke ubin; Pecahannya kita nggak pernah tahu ke mana itu. Seninya di situ,” tutupnya.