SERANG – Pemkot Serang mencatat, ada sekitar 10.000 warga yang terdampak banjir yang terjadi pada hari Selasa, (1/3) lalu. Berdasarkan data, jumlah itu tersebar di 63 titik atau perkampungan.
Berdasarkan pendataan sementara, lokasi yang terdampak parah ada di beberapa kecamatan, seperti Kasemen, Kota Baru, Serang dan Taktakan.
Walikota Serang Syafruddin mengatakan, dari 10.000 pengungsi, 4.000 diantaranya sudah kembali ke rumahnya masing-masing. “Sedangkan 6.000 sisanya masih bertahan di tempat pengungsian,” katanya. Jumat (4/3/2022)
Dikatakan Syafrudin, mereka masih bertahan di pengungsian karena rumah mereka rusak parah sampai rusak sedang. Ada juga sebagian yang rumahnya hanyut terbawa arus banjir.
Sejak hari pertama sampai sekarang, pihaknya sudah mendistribusikan kebutuhan makanan bagi para pengungsi, mengingat hal itu merupakan kebutuhan dasar selain selimut dan pakaian ganti.
“Sedangkan untuk jumlah rumah yang terjadi kerusakan dan hilang, sampai saat ini kami masih melakukan pendataan, yang dilakukan oleh kelurahan masing-masing,” ujarnya.
Terkait dengan proses penanganan selanjutnya, dikatakan Syafruddin, pihaknya sudah melakukan kordinasi dengan Pemprov Banten dan juga Balai Besar Wilayah Sungai Cidanau, Ciujung, Cidurian (BBWSC3) selalu yang mempunyai kewenangan pada sungai Cibanten dan juga bendungan Sindang Heula.
“Kami sudah minta ke Pemprov maupun balai, agar dilakukan perawatan normalisasi aja dulu, biar bisa lebih cepat penanganannya. Karena kalau dilakukan rehabilitasi, itu harus menunggu proses DED segala,” ucapnya.
Kemudian terkait dengan pengendalian bendungan Sindang Heula, Syafruddin meminta agar segera difungsikan sebagaimana mestinya yakni mengairi wilayah Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon dan Tangerang.
“Karena yang terjadi sampai saat ini, bendungan itu belum difungsikan, baru sebatas menampung air kiriman saja,” tutupnya. []