SERANG – Debat calon wakil presiden (cawapres) 2024 yang digelar pada Jumat (22/12) malam, disaksikan secara langsung oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Salah satunya adalah dengan menggelar acara nonton bareng (nobar) di berbagai tempat, seperti yang dilakukan Posko Relawan Banten.
Ketua Relawan Projo Ganjar Nasrul mengatakan bahwa acara nobar ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menyaksikan debat cawapres secara langsung.
Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang visi dan misi para cawapres.
“Kami ingin masyarakat bisa melihat secara langsung bagaimana para cawapres menyampaikan argumennya dalam debat. Kami juga ingin memberikan informasi kepada masyarakat tentang visi dan misi para cawapres,” katanya.
Acara nobar debat cawapres yang digelar Posko Relawan Banten dihadiri oleh puluhan orang, mulai dari anak muda, orang tua, hingga mahasiswa. Mereka tampak antusias menyaksikan debat cawapres.
Sementara itu, Penanggap Jurnalis M. Tohir mengatakan penampilan Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD kurang maksimal dalam debat tersebut.
Bahkan Mahfud terlihat seperti mengasuh anak ketika berdebat dengan Cawapres Nomor urut 2.
“Penampilan mahfud kurang maksimal, Mahfud seperti ngasuh anak terhadap Gibran, dia tidak berani terlalu nyerang,” ujarnya.
Menurutnya, Mahfud dengan segudang pengalaman seharusnya dapat menghajar Gibran dalam panggung debat tersebut. Diketahui, Mahfud pernah menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (2008–2013), Anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (2017–2018) Menkopolhukam (2019–) Pelaksana Tugas Menteri Komunikasi dan Informatika (2023). Sementara Gibran hanya menjabat Walikota selama 3 tahun berjalan.
“Sementara gibran gak terlalu banyak berpengalaman, kalah secara pengalaman,” katanya.
Sementara itu, Cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar juga tidak berdebat dengan lepas. Padahal, Muhaimin juga memiliki pengalaman yang luar biasa.
Kata dia, Muhaimin bisa saja menyerang Gibran dengan istilah yang ada dalam ilmu agama. Sama seperti Mahfud juga dapat menyerang dengan istilah hukum. Tentunya, jika hal itu dilakukan Gibran akan kewalahan.
Ia juga mengatakan bahwa Cawapres nomor urut 1 Gibran Rakabuming Raka dalam debat itu, menggunakan cara licik sama seperti ayahnya Joko Widodo saat debat pada Pilpres sebelumnya.
Lanjutnya, Gibran menyerang dengan istilah yang diyakini tidak bisa dijawab. Seperti ia menyebutkan SGIE, merupakan kependekan dari State of the Global Islamic Economy.
“Gibran menyerang dengan istilah yang diyakini tidak bisa dijawab,” katanya.
“Seperti SGIE, merupakan kependekan dari State of the Global Islamic Economy,” imbuhnya.
Menurut Tohir sebagai calon wakil presiden dalam debat tidak perlu menggunakan istilah yang tidak dimengerti secara umum.
“Sebagai presiden tidak perlu mengetahui istilah juga,” ujarnya.
“GIbran menggunakan cara yang licik, dengan menggunakan bahasa Inggris disingkat lagi,” sambungnya.
Tohir mengatakan di dalam debat seharusnya yang dicari adalah ide lawan debat. Bukan, menghajar lawan debat dengan istilah yang tidak diketahui.
“Kalau debat menggali ide lawan debat,” tuturnya.
Ia mengatakan dalam debat tersebut GIbran terlihat seperti orang yang menyombongkan sedikit ilmu yang dimilikinya. Akan tetapi, cara tersebut boleh saja digunakan untuk menekan lawan debat.
“Kayak orang baru tahu ilmu secuil tetapi ingin sombong, sah sah saja menggunakan hal itu sama seperti Jokowi,” tuturnya.
Ia juga mengatakan secara keseluruhan dari 10 point, ketiga Cawapres tersebut mendapatkan nilai enam point.
“Enam semuanya,” singkatnya. (Fik)