JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan jumlah dokter spesialis di Indonesia masih minim. Kondisi itu berimbas pada penanganan pasien di fasilitas kesehatan yang tidak maksimal, sehingga banyak pasien berakhir meninggal dunia.
“Alatnya sudah ada, masalahnya dokter spesialisnya kita sangat kekurangan. Kita sangat kekurangan dokter spesialis, dan ribuan bahkan puluhan ribu masyarakat kita meninggal setiap tahunnya karena kekurangan dokter dan kekurangan dokter spesialis,” kata Budi dikutip dari situs resmi Kemenkes, Kamis (6/10/2022).
Budi mencontohkan penyakit jantung sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
Oleh sebab itu, saat ini pemerintah menurutnya tengah mengupayakan pemerataan dokter spesialis kardiovaskular di seluruh Indonesia. Saat ini, dari 34 provinsi, hanya 28 provinsi yang bisa melakukan bedah jantung.
“Dari sisi beban biaya pemerintah Republik Indonesia itu (penyakit jantung) juga yang paling tinggi. Jadi tiap tahun pada klaim BPJS itu yang paling banyak itu kardiovaskular,” tuturnya.
Ia mewanti-wanti agar masyarakat mencegah penyakit jantung dengan menjaga kesehatan tubuh, melakukan aktivitas fisik, dan menjaga pola makan yang baik dan gizi seimbang.
Adapun dalam mengatasi masalah penyakit jantung, lanjut Budi, tidak bisa secara eksklusif dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Namun, juga dibutuhkan dukungan dari lintas kementerian, lembaga, dan sektor lain yang berkaitan.
Terpisah, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengklaim Kemenlu siap mendukung dalam mengatasi masalah jantung di Indonesia.
Ia mengatakan Kemenlu akan membantu penanganan penyakit jantung apabila diperlukan kerja sama lintas sektor luar negeri.
“Jika ada kerja sama dengan luar negeri maka kami siap untuk membantu supaya pasien-pasien jantung Indonesia tidak perlu berobat ke luar negeri, tapi berobatlah di sini karena dokternya canggih alat-alatnya canggih, servisnya bagus,” ujar Retno. []