Gejolak harga telur ayam yang terjadi beberapa pekan ini disebut-sebut terjadi karena meningkatnya permintaan. Salah satunya karena acara Piala Dunia 2018.
Dikutip dari Liputan6.com, Selasa 17 Juli 2018, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Kementerian Pertanian (Kementan), Fini Murfiani mengatakan salah satu penyebab lonjakan harga telur ayam karena produksi turun akibat penyakit dan libur lebaran. Pasokan ke pasar juga berkurang. “ Terjadi penurunan produksi. Induknya tetap ada, tapi tidak produksi. Itu yang akan kami selidiki,” kata Fini di Jakarta.
Lonjakan harga ini juga diperparah dengan tingginya permintaan yang membuat harga telur ayam melonjak. Permintaan telur ayam juga meningkat hingga 30 persen dari harga normal. “ Itu memang tidak diprediksi sehingga peningkatan permintaan itu tinggi sekali,” kata dia.
Sekadar informasi, harga telur ayam di pasar mencapai Rp28 ribu—Rp29 ribu per kilogram. Fini mengatakan ada beberapa hal yang membuat permintaan telur meningkat. Selain Lebaran, Piala Dunia 2018 juga membuat permintaan telur meningkat.
“Seperti yang dikatakan Pak Menteri (Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita), bahwa ada kenaikan demand karena libur panjang. Kami tidak siap dengan libur panjang. Lalu, dengan ada berbagai event panjang seperti bola segala macam meningkatkan konsumsi makanan. Adanya pertandingan Piala Dunia juga mempengaruhi. Saya pikir, ya, juga,” kata dia.
Bantuan sosial untuk masyarakat miskin pun menjadi penyebab permintaan telur naik. Telur menjadi salah satu bahan pangan yang masuk ke dalam bantuan tersebut.
“Ada bantuan dalam bentuk telur. (Di) menteri sosial, ada bantuan nontunai ke masyarakat miskin yang ada di Jakarta yang harganya disubsidi. Ada pembagian telur untuk rumah tangga miskin. Itu pun menambah volume,” kata dia.[]
Sumber: Liputan6.com
Gara-gara Piala Dunia, Harga Telur di Indonesia Jadi Mahal
- Advertisement -