Film GOWOK: KAMASUTRA JAWA menjadi perbincangan hangat sejak diumumkan sebagai karya terbaru sutradara Hanung Bramantyo. Mengangkat kisah lokal yang jarang diangkat ke layar lebar, film ini menyajikan cerita berani namun penuh filosofi. Tidak hanya soal seksualitas, tapi juga soal sejarah, budaya, dan konflik batin manusia.
GOWOK: KAMASUTRA JAWA memadukan drama dengan pendekatan sinematik yang estetik. Film ini menghadirkan jajaran aktor papan atas yang sudah tak diragukan kemampuannya. Kisahnya menggugah, penuh intrik, dan dibalut dengan narasi yang kuat dan sensitif.
GOWOK: KAMASUTRA JAWA mengisahkan Nyai Santi, seorang gowok atau guru seksual perempuan yang mengajarkan pendidikan seks secara tradisional kepada para pria sebelum menikah. Ia kemudian mengangkat Ratri sebagai muridnya, yang kelak mengalami dilema cinta dan dendam setelah jatuh hati pada Kamanjaya, sosok dari masa lalunya. Pertemuan mereka kembali terjadi dalam kondisi tak terduga dimana Ratri menjadi guru bagi putra Kamanjaya sendiri.
Film ini menyuguhkan konflik personal yang kompleks, di mana cinta, masa lalu, dan nilai-nilai tradisional saling bertabrakan. Cerita menyentuh aspek budaya Jawa yang perlahan menghilang dan tergantikan oleh norma baru setelah 1965. Dengan latar sejarah dan nuansa erotis yang dikemas estetik, film ini menjanjikan pengalaman menonton yang berbeda.
Film GOWOK: KAMASUTRA JAWA tidak hanya kuat dari sisi cerita, tetapi juga diperkuat oleh jajaran pemain yang solid dan berpengalaman. Para aktor terlibat membawakan karakter dengan penuh pendalaman, sesuai latar budaya dan emosi yang kompleks.
Berikut daftar pemain dan peran yang mereka tampilkan dalam GOWOK: KAMASUTRA JAWA.
- Lola Amaria sebagai Nyai Santi
- Raihaanun sebagai Ratri (dewasa)
- Alika Jantinia sebagai Ratri (remaja)
- Reza Rahadian sebagai Denmas Kamanjaya (dewasa)
- Devano Danendra sebagai Kamanjaya (muda)
- Ali Fikry sebagai Bagas (putra Kamanjaya)
- Djenar Maesa Ayu, Slamet Rahardjo, dan Nayla Purnama sebagai pemeran pendukung
Film GOWOK: KAMASUTRA JAWA disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan diproduseri oleh Raam Punjabi melalui rumah produksi MVP Pictures serta Dapur Films. Lokasi syuting dilakukan di Sleman, Yogyakarta untuk menciptakan nuansa Jawa yang autentik. Hanung menciptakan mantra fiktif “Atmaprawesa” untuk menjaga keamanan spiritual selama produksi, yang terinspirasi dari teks Tiongkok kuno.
Penulisan naskah melibatkan tim penulis Aci dan ZZ Mulja Galih. Meskipun tak disebutkan detail anggaran, kualitas sinematografi dan artistik film menunjukkan skala produksi besar dan matang.[]
Sumber: kapanlagi.com
