LEBAK – Tujuh orang warga Desa Mekarsari, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak dipanggil Subdit 1 Ditreskrimum Polda Banten untuk dilakukan pemeriksaan, Jumat (1/3). Hari ini, Subdit 1 Ditreskrimum Polda Banten baru memeriksa dua orang warga Desa Mekarsari.
Pemanggilan warga Desa Mekarsari tersebut buntut dari aksi yang mereka lakukan mengusir tambang tanah merah ilegal yang merusak infrastruktur desa dan jalan yang hancur karena dilalui truk bermuatan tanah.
Warga Mekarsari geram karena jalan yang dilalui truk pengangkut tanah mengalami rusak parah seperti kubangan kerbau. Mereka melakukan aksi protes dan mengusir para penambang ilegal demi melindungi desanya.
Akan tetapi, niat mengusir penambang ilegal tersebut berbuntut panjang, karena warga yang terlibat aksi tersebut dilaporkan dengan dugaan tindak pidana penghasutan dan kekerasan terhadap orang dan barang sesuai Pasal 160 dan/atau Pasal 170 KUHP.
Warga Desa Mekarsari Tarmizi mengatakan bahwa rusaknya jalan Desa Mekarsari membuat mereka susah karena, kerusakan sangat parah sulit untuk dilalui. Bahkan, anak sekolah yang melalui jalan tersebut pernah jatuh yang menyebabkan pakaian nya kotor.
Hal itulah, yang menjadi pemicu warga marah mengakibatkan demo kepada para pemilik dan pengangkut tanah tambang ilegal.
“Pada ada yang jatuh ada yang anak sekolah pada jatuh pada kotor, orang-orang jadinya gerah gitu jadi marah lah ibu-ibu apalagi ibu-ibu lebih pada marah-marah,” katanya kepada wartawan di Polda Banten, usai memenuhi panggilan polisi, Jumat (1/3).
Kata dia, pihaknya sudah pernah meminta agar jalanan tersebut diperbaiki, akan tetapi tidak dihiraukan oleh penambang ilegal dan pengemudi truk yang mengangkut tanah merah.
“Masyarakat dari dulu sampai sekarang tuh minta diperbaiki jalan tidak minta apa-apa kok, cuman pengusahanya tidak ada yang mau itikad baik ke masyarakat,” ujarnya.[]
