JAKARTA – Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mempunyai rencana untuk membeli dua kapal selam baru dari Prancis yakni Scorpene. Selain itu Prabowo juga berencana memboyong 42 jet Dassault Rafale dari Perancis.
Spesifikasi Kapal Selam Scorpene
Dilansir dari naval-technology.com, kapal selam Scorpene dikembangkan bersama oleh perusahaan pembuat kapal milik negara Prancis DCNS (sekarang Naval Group) dan pembuat kapal Spanyol Navantia (sebelumnya Bazan, kemudian Izar).
Scorpene menggunakan desain modular dengan sistem tempur SUBTICS yang terintegrasi penuh serta memiliki rasio indiscretion terbaik yang tersedia dengan bagian AIP Fuel Cell 2nd Generation (FC2G).
Kapal selam ini berukuran panjang 66 meter hingga 82 meter dan mampu membawa 25 hingga 31 awak.
Scorpene 2000 adalah evolusi dari kapal selam Scorpene dan cocok untuk semua jenis misi seperti serangan jarak jauh, peperangan kapal permukaan, dan operasi khusus.
Kapal selam serang Scorpene dapat membawa 18 torpedo dan rudal atau 30 ranjau. Ini juga dilengkapi dengan enam tabung torpedo 21 inci yang menyediakan kemampuan peluncuran salvo.
Scorpene mampu berada di laut selama 240 hari pertama setahun dan mampu menyelam di kedalaman maksimum 300 meter.
Saat ini, setidaknya sudah ada empat negara yang menggunakan kapal selam Scorpene untuk Angkatan Laut mereka yaitu Chili, Malaysia, India dan Brasil.
Spesifikasi Jet Dassault Rafale
Dassault Rafale, dilansir dari situs resminya, memiliki kapabilitas ‘Omnirole’. Rafale juga data berperan dalam misi permanen ‘Peringatan Reaksi Cepat’ pertahanan udara atau kedaulatan udara.
Jet tempur buatan Prancis diklaim mampu melakukan proyeksi kekuatan dan penyebaran untuk misi eksternal, misi serangan dalam, dukungan udara untuk pasukan darat, dan misi pengintaian. Jet juga bisa melakukan serangan pelatihan pilot dan tugas pencegahan nuklir.
Dassault menyebut Rafale dilengkapi “keserbagunaan” yaitu kemampuan dengan sistem yang sama untuk melakukan misi yang berbeda. Termasuk nteroperabilitas atau kemampuan untuk bertarung dalam koalisi dengan sekutu, menggunakan prosedur umum dan perjanjian standar, serta berkolaborasi dan berkomunikasi secara real-timed dengan sistem lain.
Rafale juga diklaim baik unjuk kekuatan di ketinggian rendah, kecepatan tinggi (dissuasive), atau bahkan membatalkan misi sampai detik terakhir (reversibilitas).
Armada tempur buatan Prancis itu diklaim mampu sebagai proyeksi kekuatan dan penyebaran untuk misi eksternal, misi serangan dalam, dukungan udara untuk pasukan darat, misi pengintaian, pelatihan serangan pilot, dan tugas pencegahan nuklir.
Pesawat dilengkapi mesin ganda M88-2 buatan SNECMA dan jet mampu terbang dengan kecepatan 1.389 km/jam. Dari segi persenjataan, Dassault Rafale juga dapat menggendong berbagai senjata perang seperti Mica, Magic, Sidewinder, ASRAAM dan rudal udara-ke-udara AMRAAM, rudal udara-ke-darat Apache, AS30L, ALARM, HARM, Maverick dan PGM100 serta rudal anti-kapal Exocet/AM39, Penguin 3 dan Harpoon anti-ship missiles.
Namun, dengan kemampuan ini, Dassault Rafale bukanlah pesawat yang murah untuk dioperasikan. Dikutip dari Stratpost, biaya terbang per jam pesawat tempur Rafale mencapai US$ 16.500 (Rp 253,4 juta).
Mengenai harga per unitnya, mengutip laporan India Times, Rafale dipatok dengan harga per unit USD 115 juta (Rp 1,6 triliun). Harga Rafale ini membuat pesawat itu menjadi pesawat tempur keempat termahal dunia, hanya lebih murah dari Lockheed Martin F-35B (USD 135,8 juta), Eurofighter Typhoon (USD 124 juta) dan serta F-35C (USD 117,3 juta). []