Jakarta Film Week menjadikan BUDI PEKERTI besutan Wregas Bhanuteja sebagai film pembuka festival tahunan tersebut. Ini merupakan pemutaran pertama filmnya di Indonesia setelah berkeliling festival bergengsi dunia.
Pada malam pembukaan, audi satu CGV Cinemas Grand Indonesia yang berkapasitas enam ratus tiga puluh kursi dipenuhi oleh penonton. Antuasisme ini membuat Wregas sebagai sutradara merasakan suntikan energi untuk terus berkarya.
“Bagi saya itu energi setelah bertualang di luar negeri, festival internasional, akhirnya kita pulang ke rumah sendiri. Dan reaksinya di rumah sendiri adalah energi yang bikin kita berkarya lagi,” kata Wregas ditemui pada Rabu malam (25/10/2023).
Sebelum diputar di Jakarta Film Week, BUDI PEKERTI telah melakukan world premiere di Toronto International Film Festival serta pemutaran di SXSW Sydney. Meski sama-sama ditonton oleh banyak orang, ada sensasi berbeda dirasakan Wregas Bhanuteja.
“Luar dan dalam negeri ada deg-degan tersendiri. Kalau di luar apakah orang akan relate dengan filmnya, kalau dalam negeri penasaran reaksi penonton. Dua hal yang berbeda,” ucap Wregas.
Film BUDI PEKERTI berkisah tentang seorang guru yang mendapatkan kecaman setelah rekaman marahnya viral di sosial media. Wrega Bhanuteja mengungkap bahwa ide film ini merupakan gabungan dari situasi yang benar-benar terjadi.
“Saya melihat banyak sosok ibu-ibu yang viral di sosial media karena belasan detik terekam ketika sedang marah, ketika sedang mengumpat, besoknya berubah menjadi meme, menjadi video remix, animasi dan segalanya. Lalu hidup ibu itu di-bully oleh orang-orang sekitarnya dan tidak nyaman tinggal di rumah,” jelas Wregas.
“Lalu ada sosok guru di sekolah yang menjadi viral karena memberikan hukuman kepada siswa. Dua fenomena ini yang saya gabungkan untuk menjadi suatu pandangan, observasi. Karena sangat mudah netizen menilai seseorang hanya dari dari 15 detik video vertikal,” tandasnya.[]
Sumber: kapanlagi.com
