Berbanding terbalik dengan image Jepang sebagai negara modern, dan khususnya image Osaka sebagai salah satu kota terbesar di Jepang, Kamagasaki merupakan area kumuh terbesar di Jepang. Karena dianggap tidak sesuai dengan standar hidup penduduk Jepang pada umumnya, area Kamagasaki kemudian dianggap tidak ada oleh pemerintah Jepang.
Bahkan pemerintah Osaka tidak mengijinkan nama Kamagasaki muncul dalam peta resmi, dan tercatat beberapa kali ada usaha dari pemerintah untuk membatasi penyebutan nama Kamagasaki dalam berbagai media (termasuk menarik sebuah film berjudul Fragile dari Osaka Asian Film Festival karena film tersebut menyorot kawasan Kamagasaki). Akibatnya, nama Kamagasaki hanya muncul dari mulut ke mulut saja dan tidak diketahui dengan pasti berapa jumlah penduduk disini walau ada yang memperkirakan sekitar 30000 populasi yang ada di Kamagasaki.
Saat ini, populasi di Kamagasaki didominasi oleh para pengangguran, pekerja paruh waktu, maupun pekerja kasar. Tak sedikit dari mereka yang datang ke tempat ini setelah di PHK oleh perusahaan tempat mereka bekerja, sekedar melarikan diri dari kenyataan hidup, bahkan ada juga yang sengaja lari untuk menghindari jeratan hukum.
Jadi tak heran jika pemandangan tuna wisma (mayoritas sudah berusia lanjut) tidur di pinggir jalan menjadi pemandangan yang wajar ditemukan di Kamagasaki, termasuk pemandangan antrian para tuna wisma yang ingin mendapat makanan cuma-cuma dari lembaga/yayasan non-profit. Pemandangan lain yang biasa ditemukan di Kamagasaki adalah banyaknya hotel murah yang dikenal dengan istilah doya. Begitu juga dengan bar murah, dan orang-orang yang berkumpul di taman untuk menyaksikan TV bersama-sama.
Walau begitu, di Kamagasaki juga tetap bisa ditemukan adanya sekolah seperti SMP dan sekolah Teologi. Ada juga beberapa bangunan lain seperti Nishinari Labor Hello Work, Airin Labor and Welfare Center, dan Nishinari Citizen Center. Kamagasaki juga memiliki beberapa hari besar seperti Kamagasaki May Day (1 Mei), Kamagasaki Summer Festival (13-15 Agustus), Come Here Festival, aneka konser, dan lain-lain. Intinya, walau Kamagasaki bukanlah tempat yang biasa dibayangkan dari negara Jepang, dan juga bukanlah tempat tujuan wisata favorit untuk warga setempat sekalipun, tempat ini cukup menarik untuk diketahui oleh mereka yang ingin mengenal Jepang yang sesungguhnya.
Walau begitu, penduduk Kamagasaki sebetulnya cukup ramah, punya ikatan persahabatan yang kuat, dan juga berpendidikan. Minimal bisa baca dan tulis. Rata-rata rutinitas harian mereka diawali dengan membaca koran, dan karena mereka umumnya merupakan korban dari krisis ekonomi, tak sedikit penduduk Kamagasaki yang punya pandangan luas dalam bidang politik maupun ekonomi. Jauh lebih luas dari rata-rata pekerja kantoran sehingga menarik dijadikan teman bertukar pikiran. Jadi tak sedikit juga orang yang akhirnya lebih suka menggunakan kata “unik†untuk menjelaskan tentang Kamagasaki setelah bersentuhan langsung dengan penduduk setempat.[]
source: kaskus