PT Pertamina (Persero) berkomitmen untuk menggenjot pemanfaatan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) sebagai bagian dari upaya mewujudkan swasembada energi nasional.
Senior Vice President (SVP) Technology Innovation PT Pertamina Oki Muraza menegaskan bahwa selain di sektor hulu minyak dan gas bumi (migas), pengembangan energi terbarukan saat ini juga menjadi fokus utama perusahaan. Salah satunya melalui pemanfaatan tanaman sorgum sebagai bahan baku pembuatan bioetanol, pengganti BBM jenis bensin.
Ia menyadari, pemerintah saat ini telah menyiapkan 700 ribu hektare (Ha) lahan untuk budidaya tebu dan pengembangan industri bioetanol. Namun, Indonesia juga memerlukan diversifikasi sumber bahan baku.
“Tentunya di Indonesia kita perlu menambah lagi feedstock-nya apalagi karena negara kita sangat besar. Kembali ke sorgum tadi, sorgum itu bisa kita canangkan untuk swasembada pangan dan juga swasembada energi,” kata Oki dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia, dikutip Senin (28/10/2024).
Oki menjelaskan bahwa bulir sorgum dapat menggantikan impor gandum yang saat ini mencapai sekitar 10 juta ton per tahun. Sementara, batang sorgum dapat diperas untuk menghasilkan nira yang kemudian difermentasi menjadi bioetanol.
“Kemudian batangnya kita peras seperti layaknya kita memeras batang tepung. Itu kita dapat nira dan niranya kita fermentasi menjadi bioetanol,” ungkapnya.
Terpisah, Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyampaikan, Pertamina terus berkomitmen untuk mendukung target swasembada energi yang digencarkan pemerintah, guna menjaga ketahanan energi nasional.
Salah satu langkah strategis yang ditempuh perusahaan adalah dengan mempertahankan, serta meningkatkan bisnis eksisting, di samping mendorong pengembangan bisnis rendah karbon yang lebih ramah lingkungan.
Menurut Fadjar, Pertamina saat ini tengah menggalakkan empat terobosan dalam bisnis rendah karbon, yakni pengembangan biofuel, petrokimia, panas bumi (geothermal), serta Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS).
Bahkan, Pertamina telah mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) guna memacu pengembangan sektor energi bersih hingga US$ 6,9 miliar atau Rp 107 triliun (kurs Rp 15.621). Khususnya untuk periode lima tahun ke depan.
“Capex untuk pengembangan EBT sampai 2029 sebesar US$ 6,9 miliar. Di dalamnya termasuk pengembangan panas bumi, bioetanol dan lain-lain,” kata Fadjar kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/10/2024).[]
Sumber: cnbcindonesia.com