Sebagian besar orang Indonesia tak bisa lepas dari camilan atau lauk gurih yang renyah. Selain kerupuk dan keripik, rangginang adalah salah satu penganan yang banyak disukai.
Rangginang merupakan salah satu penganan “legendaris” di Jawa Barat. Selain menjadi makanan rakyat, rangginang juga menjadi makanan yang kerap disuguhkan untuk para pejabat. Bahkan pengrajin rangginang di Jawa Barat yang mengekspor ranginang ke Jepang dan beberapa negara lainnya.
Terbuat dari beras ketan yang diolah dengan racikan yang sederhana, membuat rangginang menjadi makanan yang tahan lama, dan menjadi andalan di berbagai kegiatan pesta masyarakat sebagai sajian wajib yang disajikan di dalam toples kaca atau plastik.
Dikutip dari Antara, secara umum rangginang dari beras ketan yang dimasak dan dijemur sampai kering ini akan mengembang ketika digoreng dalam minyak panas. Cara pembuatan ranginang juga tidak mudah. Bahannya adalah beras ketan putih, garam, terasi dan sedikit daun pandan wangi untuk menambah aroma.
Beras ketan yang mengembang ini akan menjadi empuk dan renyah. Umumnya rangginang berwarna putih, namun ada juga yang berwarna merah karena tambahan pewarna makanan di dalamnya.
Untuk rangginang konvensional, beras ketan itu dibersihkan seperti biasa, kemudian ditanak hingga matang. Selanjutnya beras itu dicampur dengan sedikit terasi dan sedikit cairan daun pandan wangi hingga merata.
Kemudian beras ketan yang lengket itu kemudian dibentuk bulat-bulat dengan diameter maksimal 5-7 sentimeter dan ketebalan sekitar 0,5 sentimeter, yang dibentuk dan dalam ayakan atau saringan yang terbut dari anyaman bambu. Hanya saja tak perlu terlalu ditekan atau dicetak dengan alat yang disebut ‘beleketebe’ dari anyaman pelepah daun kelapa.
Kemudian setelah semua tercetak bulat-bulat langsung dijemur selama 3-7 hari. Setelah kering, rangginang siap digoreng.
Bagi ibu-ibu yang kreatif, ranggingang itu juga bisa dipanggang. Selain langsung disantap, rangginang juga bisa ditambah bumbu bawang, kencur, sedikit garam yang kemudian ditumbuk. Kemudian rangginang yang sudah hancur berbaur dengan bumbu itu ditambah bakar ubi kayu atau bakar pisang mengkal yang juga ditumbuk.
Selanjutnya dimasukan dua centong nasi dan ditumbuk sampai merata, maka jadilah “getuk’ atau “gegetuk” yang tak kalah enaknya untuk sarapan pagi.[]