Gen Z merupakan sebutan untuk kelompok orang yang lahir antara tahun 1955 hingga 2010 dan saat ini rata-rata berusia 14-29 tahun. Menurut seorang ahli dari Universitas Harvard, Marc Prensky, Gen Z juga dilabeli sebagai digital native, alasanya karena Gen Z mudah beradaptasi dengan kemajuan teknologi yang ada.
Karena tumbuh dan berkembang dalam era teknologi sejak mereka lahir, Gen Z memiliki kemampuan untuk dapat mengakses informasi dengan mudah dan cepat. Terlebih lagi saat ini media sosial dan aplikasi teknologi lainnya yang hadir dan turut serta dalam kehidupan saat ini.
Namun ternyata media sosial bisa mendatangkan dampak positif dan negatif bagi penggunanya. Salah satu dmapak positif yang bisa dirasakan adalah sebagai wada untuk mencurahkan perasaan, gagasan penggunanya, mendapatkkan informasi terbaru atau bahkan sebagai media untuk berjualan secara daring. Sedangkan dampak negatifnya bisa merubah gaya hidup, perubahan isiu-isu sosial masyarakat, dan dapat mengakibatkan ketergantungan terhadap semua kalangan terutama Gen Z saat ini.
McKinsey Health Institute melakukan survei di 26 negara, termasuk Indonesia, dan menemukan bahwa Gen Z memiliki hubungan yang kompleks dengan media sosial. Dengan kemampuan yang cukup kompeten dan kemudahan yang mereka miliki dalam mengakses media sosial, membuat mereka cenderung ketergantungan dengan aktivitas di internet dan media sosial. Waktu yang mereka habiskan untuk mengakses media sosial mencapai lebih dari dua jam dalam sehari.
Keterlibatan media sosial pada sebagian besar kehidupan Gen Z membuat mereka cenderung mengabaikan lingkungan sekitar dan cenderung ingin menyelesaikan segala sesuatu dengan instan.National Institute of Mental Health menunjukkan bahwa meningkatnya risiko gangguan mental pada remaja Gen Z berusia 18–25 tahun disebabkan oleh intensitas penggunaan media sosial yang tinggi. Perkembangan era digital yang pesat juga berdampak pada kesehatan mental gen Z. []
